Islam dan Media

Islam dan Media

Mengetahui kitab kuning sesuatu yang urgen dalam kajian agama Islam, sebab seperti penulis sebutkan bahwa transmisi keilmuan yang sampai bersampbung kepada Rasulullah memakzulkan kesalahan bahkan kesesetan. Kebersyukuran penulis bahwa kitab kuning dimedia sudah banyak didengungkan, justru dulu kitab kuning tidak dikenal, menggunakan Istilah arab (Turas). Kitab kuning atau Turas merupakan rujukan yang sangat penting bagi kaum beragama, kitab kuning berisi mengenai pesoalan pengetahuan Islam/pengamalan Islam baik itu persoalan Akidah atau Iman (teologi), Tasawuf (kedekatan dengan Tuhan), Akhlak (budi atau karaktek), fiqh (hukum Islam: salah satunya tata cara salat dll), ushul fiqh (logika berfikir) dan ilmu-ilmu keislaman lainnya. Semua kajian Islam yang penulis sebutkan diatas biasanya di bahas/kaji oleh pesantren-pesantren, madrasah bahkan universitas keislaman yang masih mempunyai tranmisi keilmuan yang jelas.       

Penulis telah memaparkan sedikit dampak positif yang kemungkinan akan atau telah terjadi, tapi kali ini penulis akan memaparkan dampak negative, pertama mengetahui Islam melalui jagat maya memberikan pemahaman yang dangkal jika mengetahui Islam dalam arti islam aliran yang tidak sesuai dan hanya dipelajari sepintas sehingga tertelan begitu mentah. Alhasil manusia milenial menjadi ektrim, mempraktikan agama dengan tidak melihat sisi kemanusiaan yang lain, menolak pendapat pemahaman keislaman yang lain, intoleran dan pemahaman/tindakan yang merugikan orang lain dan Islam itu sendiri. Kedua, manusia milenial dapat memberontak sistim pemerintahan yang sudah berdiri dan sudah sepakati, manusia milenial mulai merong-rong bentuk sistim pemerintahan hari ini, bahkan sampai mencap Negara/republic ini sesuatu yang kafir. Ketiga, berpikir sempit, tidak dapat membandingkan pemahaman keislaman yang dimiliki oleh orang lain yang telah belajar pengetahuan islam. Berpikir sempit merupakan sesuatu yang berbahaya bagi keselamatan masyarakat, bangsa dan Negara. Manusia milenial yang mempunyai pemikiran yang sempit ini, sudah pasti tidak akan mampu membawa kepada kamajuan Islam/Negara yang mayoritas Islam untuk konteks keIndonesiaan atau Dunia Islam.

Akhirnya penulis, memberikan pandangan bahwa posisi Islam didunia jagat maya merupakan dua mata pisau yang bisa bersahabat atau sebaliknya berbahaya. Perlunya usaha yang tangguh untuk yang berwenang menyaring informasi yang berkaitan dengan Islam. Hemat penulis, Islam yang positif, toleran, open main, fleksibel, dialektis, beramal dan berujukan yang jelas harus dilihat kembali secara serius kemudian disebarluaskan. Media juga harus merangkul agamawan-agamawan, syaikh, kiyai, buya, muballig dan tokoh agama yang menyebarkan islam yang mencerahkan, damai, berkemajuan, rahmatan lilalamin, dan taat kepada Tuhannya yang menjadi cita-cita dan tujuan utama. Sedikit pandangan ini semoga membatu sumbangsih pandangan atau bandingan dengan pandangan lain. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: