Islam dan Media

Islam dan Media

Oleh: Faridl Hakim, MA

Dosen fakultas Adab dan Humaniora

UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

 

Islam dan Media, benarkah hari ini dua kata ini saling berhubungan?. Melihat dan menilik kembali dua kata tersebut merupakan alat atau sama-sama alat untuk mencapai tujuan. Islam mempunyai tujuan yaitu mengapai Tuhan, sementara media mempunyai tujuan yaitu terciptanya informasi yang terpesankan. Islam bertujuan menempuh jalan yang sesuai aturan Islam itu sendiri begitu pula dengan media memiliki jalannya untuk menjadikan suatu informasi menyebar. Kembali kepada dua kata tersebut kata Islam dan media menurut hemat penulis mempunyai peran yang sangat vital bagi masyarakat generasi milenial sekarang. Betapa tidak Islam sebagai objek dan media sebagai alat pensyiar menjadi efektif dan sangat membantu masyarakat untuk mengenali Islam sebagai objek.

Karakteristik masyarakat milenial sekarang dan pengalaman orang-orang tua dahulu yang telah mengenal Islam-sedikit banyaknya telah menularkan Islam kepada anak-cucunya, tidak dipungkiri Islam menjadi perbincangan yang hangat dikalangan saat ini. Bentuk-bentuk syiar agama Islam-ilmu pengetahuan Islam, seni, budaya dan segala macam yang lahir dari persingungan Islam dan masyarakat lokal menjadi trend yang begitu unik. Penulis ambil contoh salawat seni islam yang dulu banyak diperdengarkan sekitaran masyarakat Islam tradisional saat ini, melalui balutan kreatifitas modern dapat dinikmati masyarakat perkotaan dan bisa tersebar kesegala penjuru bahkan Dunia. Peran terbesar dari penyebaran tersebut tidak bisa penulis nafikan, bahwa medialah yang sangat berkontribusi.

Media menjadi alat yang sangat dekat dengan masyarakat yang sangat konsumtif ini. Masyarakat yang semakin dewasa ini, menjadikan media sebagai kosumsi setiap harinya. Masyarakat mengkonsumsi berbagai macam infomasi tidak terkecuali informasi tentang Islam. Banyak contoh lain yang muncul dan diinformasikan, misalnya di media televisi ada Berita Islami, Mamah Dedeh dan lainnya yang besifat keIslaman. Tentunya masyarakat akan menemui dan melihat tontonan berita atau informasi yang berkaitan dengan Islam.

Penulis disini, sebagai akademisi dan berprofesi sebagai pengajar lebih banyak menyoroti dan berfokus kepada Islam dalam aspek pengetahuan yang diinformasikan oleh media. Banyak informasi saat ini yang beredar dimedia tentang pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan Islam. Beredarnya informasi memberikan dampak yang signifikan terhadap masyarakat baik positif dan negatif. Sebelum masuk kepada sisi positif dan negatif, penulis akan memaparkan pengetahuan islam yang beredar dimedia tersebut. Pengetahuan tersebut pertama bersifat fiqh atau syariah. Fiqh atau syariah berarti suatu pegangan untuk praktik ibadah yang didalamnya terdapat banyak perbedaan cara praktik ibadah. Penulis misalkan menurut pendapat fiqh untuk mencuci tangan dari siku ketelapak tangan dalam wudhu cukup satu kali, namun pendapat lain, mengatakan batal jika membasuh tangan tidak tiga kali.

Penulis ambil contoh lain, dalam praktik ibadah yang bersifat kemasyarakatan. Kebiasaan ibadah komunal ini disebut Tahlilalan dan Yasinan. Dalam hal ini, tentu terdapat banyak perbedaan yang signifikan, ada yang pro dan kontra dengan memegang dalilnya masing-masing. Tentu yang penulis tekankan pengetahuan dalilnya terhadap problem tersebut, karna Islam itu bukan hanya boleh (mubah) dan haram saja namun ada wajib, makruh dan sunah, ini semua memang harus ditempuh dengan pengetahuan. Berbicara pengetahuan media juga membrikan informasi tersebut, mulai pengetahuan fiqh, pemahaman agama, bahkan bahasa Arab karna tidak dapat dinafikan bahasa Arab salah satu pisau untuk mengupas Islam. Media yang selalu menginformasikan aspek pengetahuan Islam menjadikan masyarakat mulai benyak berdialog tentang Islam.  

Islam dan Media : Positif dan negatifnya

Informasi apapun yang tersebar baik itu bersifat hiburan, politik, budaya dan ilmu mempunyai dampak positif dan negatif. Beberapa dampak positif dari tersebarnya kajian Islam/ilmu Islam di dunia jagat maya, pertama manusia milenial lebih melek pengetahuan Islam itu sendiri, rasa penasarannya membuat manusia milenial mengali dan terus membaca, memyaksikan dan menyebarkan islam dengan banyak versi. Kedua manusia milenial setidaknya yang dahulu tidak pernah mendapatkan kajian keislaman, setelah dan memahami penegetahuan Islam langsung mempraktikan keislaman yang ia dapat dari jagat Dunia maya, artinya ia memahami setikit, prakti, taat dan mengingat Tuhannya. Ketiga, manusia milenial lebih perduli dengan agamanya khususnya Islam, misalkan seorang preman ketika beragama Islam tidak pernah melakukan ritual keislaman sedikitpun, tapi ketika agamanya di hina seketika preman itu marah, baik itu diutarakan melalui dunia maya ataupun nyata. Keempat, yang tidak kalah penting, dan sebenarnya harus penulis tekankan bahwa kajian keislaman memelurkan rujukan yang sangat jelas, karna agama Islam bukan hanya persoalan logika bahkan dari pada itu kajian Islam adalah tranmisi keilmuan yang oleh kalangan orang pesantren di kenal dengan kitab kuning.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: