DISWAY: Mari Mas
Harjanto langsung punya ide: di hari Cing Bing depan ia akan mengadakan tur Cing Bing ke makam Gus Dur. \"Pasti banyak orang Tionghoa yang ingin ke makam Gus Dur tapi tidak tahu caranya,\" katanya.
Di hari Cing Bing, orang Tionghoa wajib ke kuburan orang tua atau leluhur. Di hari Cing Bing seperti itu penerbangan penuh padat. Apalagi jurusan Jakarta-Pontianak. Sampai ada penerbangan ekstra. Berarti Cing Bing ke makam Gus Dur akan dilakukan sebelum atau sesudah hari Cing Bing.
Harjanto banyak hafal ayat Quran atau Hadis nabi Muhammad. Ia juga hafal lagu-lagu Yaa Lal Wathan ciptaan KH Wahab Chasbullah. Hubbul wathan minal iman –yang dipelesetkan oleh Gus Reza dari Pesantren Lirboyo menjadi hubbul madon minal iman.
Harjanto jugalah yang setiap Mei memperingati tragedi Mei 1998 –dengan caranya sendiri. Ia pernah membuat pementasan ketoprak Putri Cino –mengisahkan tragedi itu. Salah satu bintangnya Soimah –sebelum ngetop seperti sekarang.
Tahun lalu Harjanto jadi berita besar: memperingati tragedi Mei dengan rujak pare dan sambal kecombrang. Pare sebagai lambang kepahitan yang membawa kebaikan. Bunga kecombrang sebagai simbol wanita Tionghoa.
Ia ingin peringatan tragedi Mei 98 ditandai dengan sajian makanan –yang bisa mirip peringatan hari Bak Cang.
Di mata warga Tionghoa, Harjanto sangat populer dengan TikTok-nya. Selalu mengena. Pendek. Isinya sering menjadi bahan renungan yang dalam.
Misalnya TikTok ini: ia memeragakan kunci gembok paling rumit dari India. Untuk membuka satu gembok itu diperlukan beberapa kunci. Kunci pertama hanya untuk membuka lubang kunci kedua. Dan seterusnya. Sampai lima kunci.
Pesan moral yang ingin ia sampaikan: apakah perlu sesulit itu untuk membuka hati manusia?
“Sudah berapa TiktTok yang diunggah?\" tanya saya.
\"Sudah lebih 600\".
Wow. Ia bukan anak muda lagi. Tapi main TikTok-nya mengagumkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: