>

DISWAY: Menunggu Joker

DISWAY: Menunggu Joker

Achmat Rijani Fahmi

Jadi ingat peristiwa 9 tahun yang lalu.  Seandainya jalur jalan Magetan-Karanganyar banyak tersedia RTR.Seandainya Sang Dalang bersedia meruwat.Seandainya jeroan lumba-lumbanya tidak diganti. Seandainya tidak berperkara.... Ahhhh..Hanya Abah yang tahu (Huruf tebal)

 

Hardiyanto Prasetiyo

Ching Bing dan tebu adalah 2 hal yg tdk dpt dipisahkan. Ching Bing yg disebut jg cembengan (hasil plesetan para mandor tebu) adalah tradisi mendoakan leluhur dilaksanakan ketika memasuki bulan April sdgkan musim panen tebu dan giling tebu jg dilaksanakan pada bulan tsb. Itulah knp tradisi Ching Bing dijadikan patokan saat musim panen tebu dan giling tebu tiba karena pada zaman dahulu makam Tionghoa umumnya berada dekat pabrik tebu.

 

Aryo Mbediun

#108 Mari mas.  Kalau kisah truck yg masuk RTR itu adalah truck pertamina, bisa jadi kecepatan dia over 140 km/jam. Pertama, truck tangki pertamina memakai turbocharged. Begitu lepas pedal gas, loss power bisa hingga 60%. Bila kecepatan 160 km/jam dengan 60% loss power, pengereman hanya bikin truck spin berputar.  Kedua, Perkara menghindari spin dan rem bermasalah menyebabkan dia pake RTR. Kemungkinan sopir tidak memahami dia pakai spedometer berbasis mile/jam. Saat angka 90 dia berpikir blm melanggar speed limit, padahal dah over.  Itulah problem over speed itu. Seperti isu tunda pemilu, itu masuk over speed isu. Jadi dech dikandangkan. Coba alon-alon pasti diklakson.

 

Anwar Songennep

Bicara Gusdur dan Tionghoa, saya jadi ingat ketika mengadakan event Pelangi di Sumenep tahun 2018. Acaranya pertunjukan seni budaya suku-suku Nusantara yang menetap di wilayah Sumenep (Bugis di Kangean, Bajo di Sapeken, Mandar Sapeken, Madura, Arab dan Tionghoa). Semua suku itu menampilkan kesenian sekaligus tetua adatnya bercerita kenapa menetap di Sumenep sejak beberapa abad yg lalu. Kegiatan itu juga ada penandatanganan prasasti kesepakatan damai antarsuku. Tapi yang paling membuat saya tertarik, penampilan dari suku Tionghoa yaitu Barongsai yg didatangkan dr salah satu Klenteng di Surabaya. Warga Sumenep menyambut dg meriah. Karena Sumenep memang banyak suku Tionghoa. Bahkan arsitek Masjid Agung Sumenep yg didirikan tahun 1762 adalah Lauw Pia Ngo, warta Tionghoa yg mengungsi ke Sumenep th 1740 akibat konflik di Semarang.  Sayangnya, tahun 2019 ada Covid-19. Padahal rencananya tokoh Tionghoa Sumenep mengajak saya utk bikin Festival Barongsai Nasional di Sumenep Madura.  Mungkin Pak Dahlan tertarik, ayo kita garap event antarsuku di Sumenep....

 

Wong Kito Galo

Obatnya hari ini sdh diminum blm Ummi ? Jgn dicampur Autan ya he...he...

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: