Jurnalisme dan Tantangan Masa Depan

   Jurnalisme dan Tantangan Masa Depan

Oleh: Herri Novealdi

Dosen UIN STS Jambi dan Ahli Pers dari Dewan Pers untuk Wilayah Provinsi Jambi

BURUNG Bangkai dan Gadis Kecil. Foto peraih Pulitzer Award, penghargaan tertinggi dan bergengsi dalam bidang jurnalistik, namun berujung depresi dan penyesalan yang amat sangat bagi pemotretnya. Hingga akhirnya sang wartawan memilih bunuh diri beberapa bulan setelah penghargaan berhasil diraih.

Foto itu diambil oleh Kevin Carter tahun 1993. Berlokasi di Sudan, saat penduduk negara itu dilanda bencana kelaparan luar biasa karena perang saudara berkepanjangan. Kevin Carter adalah wartawan yang hidup dan besar di Afrika Selatan saat sistem Apartheid sedang berlaku.

Jurnalis dan penulis kawakan Jepang, Akio Fujiwara, lebih lengkap menuliskan kisah memilukan itu dalam bukunya berjudul “The Boy Who Became a Postcard”. Pun kita juga bisa menyaksikan kisah itu lewat film The Bang Bang Club garapan tahun 2011. Diangkat dari kisah nyata empat fotografer perang, termasuk Kevin Carter di dalamnya. 

Suatu ketika, dari Afrika Selatan Kevin Carter datang ke Sudan bersama seorang sahabatnya, Joao Silva, pada bulan Maret 1993. Dengan menumpang pesawat PBB yang membawa bantuan makanan, keduanya turun di wilayah utara Sudan.

Ketika itu terlihat seorang bocah sangat kurus karena kelaparan dan terlihat tak berdaya, tak kuasa untuk berdiri. Seperti sedang bersujud, si bocah berusaha menyeret-nyeret tubuhnya ke arah orangtuanya yang tengah berebut makanan.

Kevin Carter langsung mengabadikan foto tersebut. Saat sang bocah menyeret-nyeret tubuhnya, tepat saat burung bangkai yang menguntit di belakang. Jadilah foto memilukan itu, sekaligus mengundang kontroversi.

Setahun kemudian, dia mendapat Pulitzer. Penghargaan itu diraih setelah karyanya muncul di majalah New York Times, 26 Maret 1993. Fotonya dianggap berhasil menggambarkan suasana di kawasan Afrika.  Namun hal itu tidak menutup keran suara sumbang. Dia dianggap membiarkan anak malang itu sendirian, kelaparan, tanpa ditolong, dan lebih mementingkan hasil jepretnya ketimbang nyawa si bocah.

Padahal, saat foto diabadikan si bocah berhasil menyusul orangtuanya. Suasananya juga dalam keadaan ramai. Kebijakan saat itu juga melarang interaksi berlebihan antara jurnalis dengan korban kelaparan. Alasannya karena khawatir risiko penularan penyakit. Tapi kritik pedas tetap saja berdatangan ke Kevin Carter. Terus dicibir, bertubi-tubi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: