DISWAY: Planetarium Walisongo
Prosesi para guru besar di acara Dies Natalis kemarin diiringi dengan musik gamelan Jawa. Diterbitkan pula buku tebal berjudul The Living Walisongo –berisi kumpulan tulisan para guru besar mereka dengan misi yang sama.
Prof Imam Taufik sendiri masih mendirikan pondok pesantren. Di sebelah pagar UIN Walisongo. Para mahasiswa bermukim di situ untuk memperdalam ilmu agama.
Satu-per satu rumah di sekitar rumahnya ia beli. Dijadikan pondok. Kini sudah ada 9 rumah. Yang pertama dibeli adalah rumah blok B no 9. Karena itu pondok Prof Imam diberi nama: Pondok Darul Falah Besongo. \'\'Songo\'\' artinya sembilan. Kata \'\'Besongo\'\' perlu ada untuk membedakan dengan pondok Darul Falah di Kudus milik mertuanya.
Tahun ini UIN Walisongo juga memberikan penghargaan Walisongo: termasuk untuk tokoh mederasi beragama dan tokoh pertanian.
Penghargaan pada pejuang mederasi agama diberikan kepada Ketua Muhammadiyah Jateng yang juga dosen Walisongo: Dr Tafsir. Sedang tokoh pertanian diberikan ke kiai sepuh KH Ubaidullah Shodaqoh.
Sang Kiai mengembangkan pertanian padi organik. Kiai Shodaqoh mendirikan “Kadang Tani Sarwo Tulus” di berbagai Kabupaten di Jateng. \'\'Kadang\'\' berarti sahabat. \'\'Sarwo\'\' berarti serba.
Sudah sekitar 700 hektare padi yang dicoba ditanam secara organik –80 hektare di antaranya sudah sangat mapan.
Nama Walisongo kelihatannya akan tetap dipertahankan meski kini jumlah wali sudah 10 –ditambah Gus Dur.(Dahlan Iskan)
Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul Minyak dan Gandum
ALTEZZA EXEL
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: