DISWAY: Red-Notes Guntur
Begitu dekat hubungan itu sampai Bung Karno mengusulkan agar dia tinggal di Istana Merdeka. \"Bung Karno juga menyebut wanita itu sebagai \'saudara angkat\' adik-adik saya\".
Sebenarnya, tulis Guntur, sebelum diputuskan untuk masuk ke Istana Merdeka, Bung Karno sudah memerintahkan semua badan intelijen melakukan investigasi terlebih dulu. Namun, mahasiswi AS itu ditemukan benar-benar \"clean and clear\".
Identitas dan profesi yang bersangkutan baru terbongkar berkat informasi Presiden Pakistan Ayub Khan, sahabat kental Bung Karno
\"Khan menghubungi Bung Karno lewat telepon dan menjelaskan apa dan siapa sang ”mahasiswi” itu\".
\"Bahkan, boleh jadi juga, kehadirannya untuk mengganggu hubungan baik Bung Karno dengan banyak kepala negara blok sosialis, seperti Nikita Khrushchev, Mao Zedong, dan Fidel Castro, yang baru saja membuka kedutaan besarnya di Jakarta.
Tak tertutup juga diinfokan, kemungkinan usaha-usaha pembunuhan terhadap para pemimpin di Indonesia, termasuk Bung Karno.
Mendapatkan informasi itu, Bung Karno, melakukan pengecekan dan pembicaraan tertutup dengan Badan Pusat Intelijen (BPI) yang dipimpin Dr Subandrio, Komandan Intel Cakrabirawa Kolonel Marokeh Santoso, Tim Khusus DKP Bidang Intelijen, dan Reserse AKP Sono.
Diambil keputusan untuk mengusir perempuan itu dari Istana dan Indonesia.
Syukur masalah itu tak sempat terekspos ke media massa di Indonesia atau pun internasional.
Dari buku-bukunya itu saya baru menemukan jawaban mengapa Guntur seperti menghilang dari peredaran beberapa tahun terakhir. Ternyata Guntur terus membaca dan menulis.
Buku-buku itu akan mengabadikan namanya. (Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul 99,2 Persen
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: