Karangasem Living Museum, Inspirasi Pariwisata Budaya dari Bali untuk Jambi
Karangasem Living Museum, Inspirasi Pariwisata Budaya dari Bali untuk Jambi--
JAMBIEKSPRES.CO.ID - Di bawah kaki Gunung Agung yang megah, di sebuah desa bernama Jungutan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, berdiri sebuah tempat yang lebih dari sekadar destinasi wisata. Ia adalah ruang hidup, ruang belajar, dan ruang pulih bernama Samsara Living Museum, sebuah inisiatif yang menghadirkan wajah baru pariwisata berbasis budaya dan spiritualitas lokal.
Rombongan Forum Wartawan Ekonomi dan Bisnis (Forweb) Jambi bersama Bank Indonesia Provinsi Jambi berkesempatan mengunjungi museum hidup ini dalam rangkaian benchmarking visit yang bertemakan "Inisiatif Regeneratif untuk Pariwisata Berbasis Budaya.” Kunjungan ini bukan hanya perjalanan fisik ke ujung timur Pulau Bali, melainkan perjalanan batin untuk memahami bagaimana nilai-nilai kearifan lokal dapat menjadi energi baru dalam pengembangan ekonomi kreatif dan pariwisata daerah.
Secara geografis, Karangasem bukan wilayah yang mudah dikembangkan. Lokasinya berada di daerah terpencil, dengan akses ekonomi yang terbatas. Kontur wilayah yang berada di lereng Gunung Agung juga menyimpan potensi bencana. Luas wilayahnya relatif kecil dibandingkan kabupaten lain di Bali. Namun di balik keterbatasan itu, Karangasem justru menemukan kekuatannya, yakni kemurnian nilai spiritual, budaya, alam, dan manusia yang belum tersentuh modernisasi berlebihan.
Inisiator operasional Samsara Living Museum, Ida Bagus Wisnawa, mengatakan Co-founder Samsara Living Museum ini yaitu Ida Bagus Agung Gunartawa. Pendirian museum ini berangkat dari kesadaran akan pentingnya diferensiasi dan perlindungan terhadap identitas lokal. “Kami ingin menunjukkan posisi Karangasem sebagai ‘The Spirit of Bali’. Bahwa Bali yang otentik, yang penuh spiritualitas dan kesederhanaan, masih hidup di Karangasem,” ujarnya saat menyambut rombongan BI Jambi dan Forweb Jambi.
Dengan filosofi tersebut, lahirlah pendekatan destination branding yang khas yaitu Karangasem sebagai destinasi terkemuka dengan identitas kemurnian nilai spiritual, alam, budaya, dan manusia. Karakter Karangasem dibangun dari perpaduan harmonis nilai-nilai spiritualitas, alam, budaya, dan manusia. Karangasem juga berkomitmen menghadirkan pengalaman terbaik melalui pengembangan aset dan sumber daya utama daerahnya. Dari sinilah muncul kesimpulan yang kuat dan menggugah bermakna Karangasem adalah Bali yang Otentik.
Samsara Living Museum bukan museum dalam pengertian konvensional. Museum ini bukan ruang kaca yang memajang artefak mati, melainkan ruang interaksi yang hidup, di mana masyarakat menjadi aktor utama dan budaya menjadi napasnya. Seluruh aktivitas di museum ini dijalankan oleh warga sekitar Desa Jungutan. Mereka menjadi pemandu, penampil tari, perajin, sekaligus penyaji kuliner tradisional. Mulai dari memainkan gamelan, membuat dupa, menenun, hingga memasak jajanan khas Bali, semua dilakukan dengan penuh kebanggaan. “Tujuan kami bukan sekadar menghadirkan tontonan budaya, tetapi membangun warisan yang hidup, dijaga, dan menghasilkan nilai ekonomi,” jelas pria yang akrab disapa Guswis ini.
Inilah bentuk konkret pariwisata regeneratif, di mana aktivitas wisata tidak sekadar mendatangkan wisatawan, tetapi juga memulihkan, memperkuat, dan menumbuhkan kehidupan masyarakat lokal. Melalui museum ini, warga Karangasem tidak lagi menjadi objek wisata, melainkan subjek yang berdaya dan berdaulat atas budayanya sendiri.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



