DISWAY BARU

Karangasem Living Museum, Inspirasi Pariwisata Budaya dari Bali untuk Jambi

Karangasem Living Museum, Inspirasi Pariwisata Budaya dari Bali untuk Jambi

Karangasem Living Museum, Inspirasi Pariwisata Budaya dari Bali untuk Jambi--

Sementara itu, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, Robby Fathir, menyampaikan bahwa kunjungan ke Samsara Living Museum memberi inspirasi besar untuk pengembangan potensi wisata budaya di Jambi. Menurutnya, model pariwisata regeneratif berbasis budaya lokal ini bisa diterapkan dalam konteks Jambi yang kaya akan warisan sejarah dan kearifan lokal. “Jambi memiliki potensi yang luar biasa, dari Candi Muaro Jambi yang menjadi pusat peradaban Melayu kuno, hingga kekayaan budaya Melayu dan komunitas adat yang masih lestari. Kita perlu mengembangkan pendekatan yang tidak hanya mengejar kunjungan wisata, tapi juga memulihkan dan memperkuat identitas budaya,” ujarnya.

 

Forweb Jambi yang turut serta dalam kunjungan ini melihat peluang besar untuk mengangkat kisah serupa dari tanah Jambi. Bahwa seperti Karangasem, Jambi juga bisa membangun citra destinasi dengan ruh budaya dan spiritualitas lokalnya sendiri. Melalui destination branding, potensi unggulan Jambi bisa dikemas dengan narasi yang kuat, Jambi sebagai The Soul of Sumatra, destinasi yang memadukan sejarah, alam, dan spiritualitas Melayu; hangat, otentik, bersahaja, namun penuh makna, serta menghadirkan pengalaman wisata yang menyentuh jiwa dan menumbuhkan kesadaran akan harmoni manusia dan alam.

 

Samsara Living Museum menjadi contoh nyata bagaimana tantangan geografis bukanlah penghalang bagi kemajuan, selama ada inovasi dan keberpihakan pada nilai-nilai lokal. Model ini menunjukkan bahwa ekonomi dan budaya dapat tumbuh beriringan, bukan saling meniadakan. Bahwa pelestarian bisa sejalan dengan pemberdayaan. Kunjungan Forweb dan Bank Indonesia Jambi ke Karangasem menegaskan satu hal penting, bahwa pariwisata masa depan adalah pariwisata yang menyembuhkan, bukan menguras. Bisa tumbuh dari komunitas, menjaga lingkungan, dan memperkaya jiwa pengunjung. Sebagaimana yang diyakini oleh pendiri Samsara Living Museum, bahwa “Semakin kita pelihara dan jaga nilai-nilai lokal, semakin mahal harganya di masa depan.” 

 

Ketika rombongan meninggalkan Desa Jungutan siang itu, pada Selasa (7/10/2025), aroma dupa dan suara gamelan masih mengiringi langkah. Bukan hanya membawa kenangan tentang keindahan Bali, tetapi juga membawa pulang inspirasi, bahwa regenerasi ekonomi daerah bisa dimulai dari pelestarian nilai. Samsara Living Museum bukan hanya tempat wisata, tapi juga living philosophy. Tentang bagaimana manusia, budaya, dan alam bisa saling hidup dan menghidupi.

 

Mungkin, di masa depan, Jambi juga akan memiliki “Muarojambi Living Museum” atau yang lainnya, tempat di mana anak-anak muda belajar budaya sambil menumbuhkan ekonomi lokal. Karena pada akhirnya, wisata yang sejati bukan hanya dilihat mata, tapi dirasakan hati. (kar)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: