Dari Mandiri Menjadi Mitra, Menuju Kemakmuran
Kemitraan dengan PT Kresna Duta Agroindo melalui program PSR membawa harapan untuk peremajaan berkelanjutan dan masa depan yang lebih baik--
“Dulu, sebelum program PSR dilaksanakan, pengurus Gapoktan mengadakan rapat dan sesi penyuluhan untuk menjelaskan program ini. Mereka menjelaskan dengan terbuka mengenai pendanaan untuk pengembangan perkebunan, yang membuat kami tertarik, meskipun pada awalnya kami ragu. Saya bertanya, apakah benar dana itu tidak perlu dibayar kembali?” ujar Sukasno.

Bagi Suwarno, kemitraan ini berarti benih unggul dan dukungan terstruktur dari perusahaan--
Selain dukungan finansial, Sukasno mendapatkan pengetahuan teknis yang sangat berharga. Ia menerima pelatihan tentang cara menata perkebunannya dengan benar, menanam bibit kelapa sawit dengan tepat, serta cara pemupukan yang benar dan pada waktu yang tepat. Ia juga belajar tentang tumbang ciping, yaitu proses memotong batang kelapa sawit menjadi potongan kecil setelah ditebang, sehingga lebih mudah dibersihkan, diangkut, atau dibiarkan membusuk sebagai bahan organik di lapangan.
Perbedaan hasilnya sangat mencolok. Sebagai petani mandiri, Sukasno biasa memanen sekitar 600-700 kilogram per plot. Sekarang, sebagai petani mitra, hasil panennya telah berlipat ganda menjadi 1.200-1.400 kilogram per panen.
"Dulu, kami memupuk secara sembarangan, tanpa mengetahui dosis yang benar. Sekarang, berkat bimbingan rutin dari asisten lapangan, kami tahu persis apa yang harus dilakukan, dan hasilnya jauh lebih baik,” Sukasno berbagi dengan senyum bangga.
Kisah serupa datang dari Suwarno, pemimpin Gapoktan Sumber Urip. Ia mulai melakukan peremajaan melalui program ini pada tahun 2020 dan kini telah menyelesaikan tiga fase: fase pertama berusia lima tahun, fase kedua empat tahun, dan fase ketiga baru berusia satu tahun.
BACA JUGA:Bupati H M Syukur Pastikan Bantuan Ponpes Tetap Bergulir
Bagi Suwarno, keuntungan terbesar dari kemitraan ini adalah akses ke bibit unggul Dami Mas dan perawatan yang terstruktur untuk perkebunan. Ini mencakup persiapan lahan, jadwal pemupukan, dan mentoring rutin dari staf perusahaan.
Diskusi Gapoktan tidak terbatas pada kelapa sawit, tetapi juga mencakup interkropping dengan produksi pangan dan sayuran. Kegiatan ini didukung oleh pelatihan dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, yang juga mendorong penanaman padi gogo. Hasil panen ini memberikan pendapatan bagi petani sementara mereka menunggu kelapa sawit muda matang dan menjadi produktif.
Dukungan untuk petani tidak hanya datang dari PT KDA. Mereka juga menerima bantuan dari Penyuluh Pertanian, seperti Amin Harahap dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura. Amin memberikan pelatihan berkelanjutan tentang teknik pertanian berkelanjutan, penggunaan bibit berkualitas, dan praktik pengelolaan lahan. Kolaborasi antara perusahaan, pemerintah, dan petani menciptakan sistem pendukung yang membantu petani tumbuh dan berkembang.
BACA JUGA:Pemkot Jambi Tambah Angkot Listrik, Ajak Masyarakat Beralih ke Angkutan Umum
Untuk bergabung dengan program ini, kelompok petani harus memenuhi beberapa persyaratan. Mereka harus secara kolektif mengelola setidaknya 50 hektar lahan atau terdiri dari minimal 20 anggota. Petani diwajibkan untuk mengajukan dokumen seperti fotokopi KTP, kartu keluarga, dan bukti kepemilikan tanah - baik dalam bentuk sporadik, SKT, atau sertifikat tanah formal, dan memastikan bahwa lahan tersebut bebas dari sengketa hukum. Sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan (Dirjenbun), kelompok petani juga harus berada dalam jarak 10 kilometer dari batas desa terakhir yang terdekat dengan area perkebunan perusahaan.
Dengan persyaratan yang jelas dan transparan ini, petani merasa lebih yakin untuk bergabung dengan program ini dan merencanakan masa depan yang lebih baik.
Hari ini, baik Sukasno maupun Suwarno telah merasakan transformasi besar dalam kehidupan mereka. Dari dulu mengelola perkebunannya secara mandiri dan tanpa bimbingan yang tepat, kini mereka menjadi bagian dari program yang memberikan pengetahuan, dukungan, dan harapan.
Bagi mereka, menjadi petani mitra bukan hanya tentang hasil yang lebih tinggi, tetapi juga tentang mengamankan masa depan yang lebih cerah bagi keluarga mereka dan generasi mendatang. “Saya ingin anak-anak saya melihat bahwa menjadi petani kelapa sawit bisa membawa kemakmuran dan peluang modern. Program ini tidak hanya membantu kami hari ini, tetapi juga mempersiapkan kami untuk masa depan yang lebih baik,” tutup Sukasno dengan penuh keyakinan.(*)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


