Pembelajaran yang kerap dianggap hanya berkutat angka-angka itu, selanjutnya bisa turut membentuk karakter siswa yang moderat, toleran, dan menghargai keberagaman.
Ada pendekatan yang diyakini mampu mengintegrasikan nilai moderasi beragama dalam pembelajaran matematika, agar matematika bisa berperan menjadi sarana pembentuk karakter siswa.
Pertama adalah dengan mengadopsi pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL).
Melalui pendekatan ini, materi matematika dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata yang mencerminkan keberagaman masyarakat Indonesia. Misalnya, soal statistika menggunakan data tentang keberagaman agama dan budaya sebagai bahan refleksi pentingnya sikap toleran dan saling menghargai.
Kedua adalah pendekatan pendidikan nilai (Value-Based Education). Pendekatan ini menekankan pembelajaran matematika yang sarat dengan nilai, seperti kejujuran dalam proses berhitung, keadilan dalam pembagian, serta sikap disiplin dan tanggung jawab. Guru dapat mengajak siswa untuk menginternalisasi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, pendekatan Science, Technology, Engineering, Art, and Mathematics (STEAM) berbasis budaya lokal dan moderasi. Dengan menggabungkan unsur seni dan budaya lokal ke dalam pembelajaran matematika, siswa diajak untuk memahami matematika dalam kerangka keberagaman.
Di sini bisa dicontohkan, siswa membuat pola simetri dari motif tradisional berbagai daerah sebagai simbol persatuan dalam keberagaman. Aspek-aspek dalam pembelajaran STEAM pun terpenuhi melalui pendekatan ini.
Keempat pendekatan reflektif-kritis (Critical Reflective Approach). Siswa didorong untuk berpikir kritis dan merefleksikan nilai-nilai di balik konsep matematika. Untuk membantu membangun kesadaran moderasi beragama, siswa dapat diajak berdiskusi, seperti lewat pertanyaan seperti, “Bagaimana keadilan dalam pembagian matematika bisa diterapkan dalam kehidupan masyarakat majemuk?”
Kelima, pendekatan kolaboratif dan inklusif. Pembelajaran berbasis kerja kelompok yang heterogen secara agama, suku, dan budaya dapat menumbuhkan sikap saling menghormati dan kerja sama. Suasana kelas yang inklusif menjadi lahan subur untuk mempraktikkan nilai-nilai moderasi beragama secara nyata.