“Harapan kita kan gajah-gajah itu semua akan melewati terowongan,” lanjutnya.
“Kemudian penting juga melakukan modifikasi terowongan menjadi lebih menarik perhatian gajah untuk masuk jalur terowongan,” tambahnya lagi.
Modifikasi ini kata Genman misalnya dibuatkan semacam corong, sehingga secara alami gajah itu terarahkan melewati terowongan.
Perlu pula ada tim mitigasi dari pihak Hutama Karya untuk melakukan penggiringan gajah jika ada yang mendekati tol dan ini bisa dilatih nanti oleh tim BKSDA Riau.
“Kalau-kalau ada gajah seperti Codet, karena dia sendirian, jadi gerakannya sudah tidak terpola, jadi petugas Hutama karya bisa melakukan penggiringan,” lanjutnya.
Sebelum pembangunan tol dilakukan, Balai Besar KSDA Riau sebenarnya mengusulkan 8 titik terowongan sebagai jalur gajah.
“Namun kemudian disepakati 5 titik, karena ada perlintasan yang bisa disatukan, migrasi gajah tetap terakomodir agar tidak terganggu,” lanjutnya.