JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Dari perspektif komunikasi publik, persuasi dan media, pemerintah bisa melakukan beberapa langkah untuk menekan jumlah pelajar Jambi yang terlibat aktivitas judi online (judol).
Salah satunya adalah melibatkan eks adiksi judol atau mantan pecandu judol yang telah tobat untuk ikut memberi edukasi bagi anak muda Jambi.
Pengamat sosial ilmu komunikasi Jambi, Yusnaini, M.I.Kom menilai, deklarasi anti judol yang digelar pemerintah Provinsi Jambi tidak boleh hanya sekedar gebyar di hari kemarin saja.
"Harus ada aksi lanjutan biar pesannya tidak cuma seremonial semata, Jangan Cuma Gebyar, tapi Ngobrol Terus," kata dosen Ilmu Komunikasi Universitas Nurdin Hamzah (UNH) ini.
Langkah deklarasi yang dilakukan pemerintah kemarin diakui Yusnaini adalah langkah yang sudah bagus.
"Acara rame-rame itu penting untuk membuat dan membangkitkan kesadaran, tapi harus ditindaklanjuti dengan workshop, diskusi, atau memproduksi konten-komten kreatif agar pesannya nempel ke pelajar atau anak muda yang menjadi sasaran penerima atau komunikan," lanjutnya.
Workshop literasi digital & bahaya judi online perlu pula melibatkan psikolog, dan juga testimoni langsung dari mulut eks-adiksi judol.
Edukasi dari para eks adiksi ini katanya penting untuk memberikan testimoni realistis seperti dampak finansial, mental, hukum, serta cara mengenali platform judi yang disamarkan, misal: game berbayar atau skin gambling.