MUARASABAK, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Debat Publik pertama yang diselenggarakan KPU Kabupaten Tanjabtim belum lama ini masih hangat diperbincangkan ditengah masyarakat. Malam itu masing-masing Pasangan Calon (Paslon) baik Laza-Aris maupun Dillah-Muslimin Tanja memaparkan programnya untuk kesejahteraan masyarakat.
Salah satu program yang sampai ini masih menjadi tranding topik adalah program bantuan pompong untuk para nelayan wilayah pesisir Kabupaten Tanjabtim. Hanya saja untuk kapasitas pompongnya yang berbeda. Laza-Aris dengan program pompong 3 GT, sedangkan Dillah-MT dengan program pompong 10 GT.
Untuk bantuan pompong 3 GT sebelumnya sudah pernah dilakukan pada waktu Zumi Zola menjabat sebagai Bupati. Namun hingga saat ini bantuan itu dianggap belum efektif dalam meningkatkan perekonomian nelayan. Sedangkan pompong 10 GT dengan alat tangkap modern dinilai lebih efektif, baik dari segi jangkauan wilayah operasional hingga penghasilan para nelayan.
Untuk mengetahui perbandingan antara pompong 3 GT dan 10 GT ini, media online jambiekspres.co.id mencoba mencari informasi tersebut kepada nelayan untuk mengetahui mana yang lebih efektif untuk kesejahteraan nelayan.
Amir, salah satu Tokoh Masyarakat menilai, program unggulan yang ditawarkan Dillah-MT jauh lebih menjanjikan dibanding program lawan politiknya. Selain program unggulan dihasilkan dari rumusan aspirasi masyarakat, program Dillah-MT mampu juga meningkatkan ekonomi masyarakat.
"Lihat saja penerima bantuan pompong 3 GT, apakah kehidupannya atau ekonominya berubah, cek ke lapangan. Kita berbicara kedepan bukan mundur kebelakang. Nah untuk Paslon Dillah-MT menawarkan yang lebih baik dan berbicara untuk kemajuan kedepannya dari segala sektor, salah satunya bantuan pompong 10 GT untuk kelompok nelayan," katanya.
Hal yang sama disampaikan salah satu nelayan di Kecamatan Kuala Jambi, Yanto. Menurutnya, pompong 3 GT notabenenya hanya mampu menjangkau jarak sekitar 2 Mil saja dari garis pantai. Ditambah lagi jika memasuki musim Utara, pompong 3 GT tidak akan bisa beroperasi.
"Kalau 10 GT wilayah operasi bisa sampai ke perbatasan Tanjabtim dan Kepulauan Riau. Dan sudah jelas 10 GT itu memiliki alat tangkap yang modern. Jenis-jenis hasil tangkapnya juga memiliki nilai ekonomis tinggi," sebutnya.
Jika pompong 10 GT untuk kelompok, pompong 3 GT hanya diperuntukkan perorangan, sehingga tidak efektif dalam meningkatkan ekonomi nelayan. Pompong 3 GT, penghasilannya hanya cukup untuk kebutuhan sehari, sedangkan 10 GT penghasilannya bisa lebih besar. Berkaca pada bantuan pompong melalui program Zumi Zola - Ambo Tang kala itu, bantuan terkesan mubazir.
"Beberapa Kecamatan terdekat Kuala Jambi, seperti Kecamatan Muara Sabak Timur, Mendahara, silahkan cek fakta dilapangan bagaimana perekonomian nelayan sekarang yang mendapatkan bantuan pompong 3 GT," ungkapnya.
Ia pun berharap jika nantinya program bantuan pompong 10 GT ini terealisasi, Dillah-MT juga harus menggaet investor dari luar. Sehingga hasil tangkap nelayan bisa dipasarkan di luar kabupaten atau Provinsi Jambi.
"Sekarang pun sudah ada hasil tangkap kita yang di ekspor, tapi jika program itu terealisasi tentunya butuh pula investor baru untuk memasarkan hasil tangkapan nelayan," tukasnya.(lan)