Oleh : Sofyan
DI ERA digital saat ini, dunia pendidikan mengalami perubahan yang cepat dan signifikan. Dengan kemajuan teknologi dan transformasi sosial yang menyertainya, kebutuhan akan kompetensi yang dimiliki oleh para guru juga terus berkembang. Jika sebelumnya guru hanya dituntut memiliki kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian, kini muncul kebutuhan akan kompetensi lain yang tidak kalah penting, kompetensi psikologi. Kompetensi ini menjadi kunci bagi guru untuk menghadapi tantangan pendidikan modern yang lebih kompleks dan dinamis.
Peserta didik masa kini tumbuh di lingkungan yang sangat berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka hidup dalam dunia yang serba digital, di mana informasi dapat diakses dengan cepat, tetapi juga di mana tekanan dan ekspektasi terhadap mereka semakin meningkat. Fenomena seperti stres akademik, kecemasan, hingga masalah kesehatan mental seperti depresi semakin sering ditemui di kalangan remaja dan anak-anak.
Dalam konteks ini, guru tidak hanya berperan sebagai pengajar materi akademik, tetapi juga sebagai pembimbing yang harus memahami dinamika psikologis yang dihadapi peserta didik. Goleman (1995), dalam teorinya tentang kecerdasan emosional (emotional intelligence), menekankan pentingnya kemampuan untuk mengenali dan mengelola emosi baik pada diri sendiri maupun orang lain sebagai elemen penting dalam interaksi sosial dan pendidikan. Guru yang memiliki kecerdasan emosional tinggi lebih mampu memahami dan merespons kebutuhan emosional siswa dengan tepat.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh American Psychological Association/APA (2020), anak-anak dan remaja di era digital lebih rentan mengalami gangguan psikologis akibat paparan media sosial, tekanan akademik yang meningkat, serta pergeseran dalam pola interaksi sosial. Dalam hal ini, guru berperan penting dalam memberikan dukungan psikologis bagi siswa yang membutuhkan.
Kompetensi Psikologi & Pendidikan Modern
Kompetensi psikologi memungkinkan guru untuk lebih peka dan responsif terhadap kondisi mental peserta didik. Beberapa peran penting dari kompetensi ini di antaranya:
Pertama: Mendeteksi dan Merespons Masalah Psikologis. Guru yang memiliki pemahaman tentang psikologi dapat dengan cepat mendeteksi tanda-tanda masalah psikologis pada siswa, seperti kecemasan, depresi, atau gangguan perilaku. Hal ini memungkinkan intervensi dini yang sangat penting untuk mencegah masalah tersebut berkembang lebih serius. Erikson (1968) dalam teorinya tentang tahapan perkembangan psikososial menekankan bahwa guru harus memahami tahapan perkembangan emosi dan sosial peserta didik untuk mendukung pertumbuhan psikologis yang sehat.
Kedua: Menciptakan Lingkungan Belajar yang Aman dan Positif. Salah satu aspek utama dalam proses belajar-mengajar adalah menciptakan iklim kelas yang mendukung. Guru yang memahami aspek psikologi mampu membangun suasana kelas yang kondusif, di mana siswa merasa dihargai, aman, dan nyaman. Pengetahuan psikologi juga membantu guru mengelola dinamika sosial di dalam kelas, mengatasi konflik, dan mempromosikan kolaborasi antar siswa. Vygotsky (1978) dalam teorinya tentang zone of proximal development (ZPD) menekankan bahwa dukungan emosional dan sosial sangat penting dalam memaksimalkan potensi siswa.