Legenda Putri Cermin Cina Anak Kesayangan Sultan Mambang Batanghari

Minggu 24-09-2023,21:31 WIB
Editor : Dona Piscesika

BATANGHARI, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Pada zaman dahulu, di wilayah Jambi tepatnya di Batanghari, terdapat sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja bernama Sultan Mambang Matahari.

Sultan Mambang Matahari memiliki seorang putra bernama Tuan Muda Selat dan memiliki seorang Putri bernama Putri Cermin Cina.

Tuan Muda Selat orangnya sangat ganteng dan putih, namun sayang ia sangat ceroboh dan sering melakukan kesalahan.

Sementara itu, Putri Cermin Cina merupakan sosok anak sultan yang cantik jelita, hatinya baik dan sangat suka membantu rakyat Batanghari.

Suatu hari, wilayah kerajaan Sultan Mambang Matahari kedatangan seorang saudagar muda kaya yang rajin dan pintar. Namanya Tuan Muda Senaning
.  
Saat beristirahat, Tuan Muda Senaning mencoba menikmati pemandangan sambil mencari udara segar.

Tiba-tiba, ia melihat seorang perempuan cantik, rambutnya panjang, matanya sipit dan kulitnya putih bersih.

“Siapa gerangan perempuan yang cantik jelita itu,” tanya Tuan Muda Senaning kepada rakyat yang sedang lewat.

“Oh itu adalah tuan putri, anak Sultan kami, namanya Putri Cermin Cina,” jawab laki-laki tempat ia bertanya.

Tuan Muda Senaning kemudian langsung menyukai Putri Cermin Cina, ia tak menyangka, seorang putri sultan masih mau bergabung dengan rakyat biasa.

Kebetulan saat itu, ia melihat sang putri sedang membantu mengangkat barang perempuan tua yang sedang tertatih-tatih berjalan.

Langkah baik, rupanya Putri Cermin Cina juga menyukai Tuan Muda Senaning. Saat awal bertemu ia melihat Tuan Muda Senaning sebagai sosok yang sopan dan juga ramah.

Tuan Muda Senaning kemudian datang menemui Sultan Mambang Matahari, tujuannya untuk melamar Putri Cermin Cina.

Lamaran pun kemudian diterima. Namun Sultan memiliki satu syarat, pesta pernikahan baru akan dilaksanakan tiga bulan lagi. Alasannya, ia harus pergi bertugas ke suatu daerah dan hendak berlayar.

Syarat Sultan akhirnya disetujui Tuan Muda Senaning. Ia berjanji akan sabar menunggu tiga bulan lagi, sembari ia akan tetap berdagang.

Suatu hari, Tuan Muda Senaning tiba-tiba rindu ingin melihat keadaan sang putri. Lalu ia mengunjungi kerajaan dan bersilaturahmi dengan calon saudara iparnya Tuan Muda Selat.

Sesampai di kerajaan, ia kemudian diajak Tuan Muda Selat bermain gasing sembari menunggu waktu sore datang.

Mereka pun bermain gasing dan Putri Cermin Cina sebagai penontonnya. Sangat seru sekali, berkali-kali gasing dimainkan, semua saling adu kekuatan.

Namun tiba-tiba sebuah gasing kayu itu melompat ke dada sang Putri, tidak diketahui apakah itu gasing Tuan Muda Senaning atau gasing Tuan Muda Selat.

Betapa kagetnya semua, karena ujung gasing menancap kencang dan membuat sang putri terjatuh pingsan.

Malang tak dapat dielak, sempat diobati oleh tabib kerajaan, namun tak mampu juga menyelematkan nyawa sang Putri, hingga akhirnya Putri Cermin Cina mengehembuskan nafas terakhirnya, meninggal dunia.

Kemudian sang putri dimakamkan di tepi sungai.

Betapa hancur hati Tuan Muda Senaning melihat calon istrinya telah meninggal dunia karena ulah mereka sendiri.

Mereka terlalu egois, asyik bermain gasing lalu abai terhadap keselamatan orang sekitar, bahkan nyawa orang dekat mereka sendiri.

Hari demi hari, Tuan Muda Senaning tak juga bangkit dari rasa sedih.

Badannya semakin kurus, semakin melemah lalu kemudian tak disangka-sangka, ia jatuh sakit lalu meninggal dunia dalam kesedihan.

Tuan Muda Senaning kemudian dimakamkan di kampung halamannya di Dusun Senaning.

Melihat situasi ini, Tuan Muda Selat jadi sangat bingung. Ia juga sedih bercampur takut, bagaimana nanti ia menjelaskan kematian adiknya putri dan calon suami kepada ayahnya Sultan Mamabang Matahari.

Hingga akhirnya telah tiga bulan sultan pergi, tibalah waktu Sultan kembali ke Batanghari.

Sultan sudah membayangkan, ia pulang dan akan melaksanakan pesta pernikahan putri satu-satunya dengan mewah dan meriah.

Namun alangkah kagetnya Sultan, saat sampai di rumah, telah ramai orang menunggunya, termasuk Tuan Muda Selat dengan wajah murung.
 
“Apa gerangan ini? Apa yang terjadi? Kenapa semua kalian murung?,” pertanyaan Sultan jadi bertubi-tubi.
 
Lalu Sultan Muda Selat akhirnya menceritakan semua kejadiannya. Betapa kagetnya sultan, ia benar-benar sedih, sampai tak sanggup berkata-kata lagi.

Melihat sultan yang kaget dan juga sedih, Tuan Muda Selat langsung pamit meninggalkan kerajaan.

Ia lebih memilih pindah saja ke suatu negeri lain agar ayahnya tak lagi melihat dirinya. Ia merasa sangat bersalah.

Sementara itu, Sultan ternyata juga memutuskan untuk pindah. Terlalu banyak kenangan di kerajaan itu bersama putrinya sejak lahir.

Ia kemudian pindah ke sebuah negeri yang terletak antara makam Tuan Muda Senaning dan tempat sandaran kapalnya yang juga tak jauh dari makam putrinya.

Sebagian rakyatnya juga ikut menemani, memilih pindah dan membentuk kampung baru di sana.

Hingga kemudian, kampung baru itu berubah nama menjadi Dusun Tengah Lubuk Ruso.

Di Dusun Tengah Lubuk Ruso, sultan lalu memulai hidup baru, mengubur rasa sedihnya, kembali fokus mengurus rakyatnya. Kemudian kampung ini berkembang menjadi desa yang maju dan rakyatnya makmur.

BACA JUGA:Kisah Hantu Pirau dan Cincin Pinto-pinto Raja Jambi

BACA JUGA:Legenda Asal Mula Negeri Lempur Kerinci

Pesan moral legenda Putri Cermin Cina, selalu berhati-hati dan jangan ceroboh dalam setiap tindakan agar tidak merugikan orang lain dan diri sendiri.

Jika sedih, cepatlah bangkit kembali, kita tidak boleh larut dalam kesedihan karena hidup harus tetap berjalan. (***)

Sumber: Ditulis berdasarkan cerita masyarakat Batanghari Jambi

BACA JUGA:Legenda Batu Puti Sanang Sungai Penuh

BACA JUGA:Legenda Batu Panjang Sungai Penuh

Kategori :