JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO.ID- Hadirnya Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas dan mengurangi waktu tempuh antar kedua kota tersebut layaknya jalur KA Cepat pertama di Tiongkok yaitu Beijing-Tianjin.
Sama dengan di Indonesia, pada tahap awal pemerintah Tiongkok membangun Kereta Api Cepat untuk menghubungkan kedua kota penting di wilayahnya yang memiliki jarak 148,7 km. Jarak tersebut serupa dengan panjang jalur KCJB sejauh 142,3 km.
Jalur KA Cepat pertama di Tiongkok dibangun pada tahun 2004 dalam rangka menyambut perayaan Olimpiade 2008 di Beijing. Sebelum adanya KA Cepat, perjalanan Beijing-Tianjin dapat ditempuh dalam waktu sekitar 2 jam dengan menggunakan mobil. Namun, semenjak hadirnya Kereta Api Cepat waktu perjalanan dapat dipangkas menjadi 33 menit saja.
Hal tersebut serupa dengan layanan KCJB yang nantinya akan menempuh waktu 30 menit saja untuk rute Stasiun Halim menuju Stasiun Padalarang atau 46 menit jika menuju Stasiun Tegalluar. Jika ditempuh dengan mobil, waktunya dapat mencapai 2-3 jam perjalanan.
KA Cepat Beijing-Tianjin menghubungkan ibukota negara dengan kota yang memiliki kawasan industri, pelabuhan penting di Tiongkok bagian utara, dan belasan universitas ternama di Tiongkok.
KCJB juga menghubungkan dua wilayah penting di Indonesia, dimana menyambungkan ibukota DKI Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan dan pusat bisnis dengan Kota Bandung yang dikenal merupakan kota industri kreatif, pendidikan, dan pariwisata.
Hadirnya KA Cepat Beijing-Tianjin membuat masyarakat menjadi lebih mudah untuk bepergian antar dua kota tersebut. Berbagai kemudahan yang ada pada layanan Beijing-Tianjin seperti hadirnya EMU dengan kecepatan hingga 350 km/h, layanan pembelian tiket yang mudah diakses, stasiun terintegarsi kereta komuter dan bus juga akan hadir pada layanan KCJB di Indonesia.
General Manager Corporate Secretary KCIC Rahadian Ratry mengatakan kehadiran KCJB di Indonesia akan membawa berbagai kemudahan dan dampak perekonomian yang akan dirasakan berbagai lapisan masyarakat. Tersedianya layanan kereta api cepat yang tepat waktu, stasiun dan kereta yang bersih, juga akan menghadirkan budaya baru bagi masyarakat Indonesia.
“Sama seperti di Tiongkok, perjalanan yang tadinya 2 jam sekarang dipangkas menjadi hanya sekitar 30 menit merupakan suatu keunggulan yang ditawarkan KCJB. Masyarakat perlu beradaptasi dengan disiplin waktu yang sama halnya diterapkan oleh KCIC dalam pengoperasian KCJB,” ujar Rahadian.
KCJB nantinya akan beroperasi sebanyak 68 perjalanan per hari mulai pukul 05.00 hingga 23.00 setiap harinya. Headway KCJB pada saat jam sibuk, pagi dan sore menjelang malam, mencapai 20 menit sekali. Sedangkan di luar jam sibuk, KCJB akan beroperasi setiap 35 dan 60 menit sekali.
Budaya berpindah moda memaksimalkan penggunaan transportasi umum yang terintegrasi juga akan hadir di KCJB. Stasiun KA Cepat Halim akan langsung terkoneksi dengan layanan LRT Jabodebek melalui Stasiun LRT Halim. Sedangkan Stasiun KA Cepat Padalarang akan terkoneksi dengan KA Feeder KCJB melalui Stasiun Padalarang. Nantinya, seluruh stasiun KCJB akan terkoneksi dengan berbagai moda transportasi lainnya yang mendorong masyarakat untuk beralih ke transportasi umum layaknya di luar negeri.
“Kehadiran KCJB akan memberikan waktu tempuh yang lebih singkat akan mempermudah mobilitas masyarakat sehingga dapat meningkatkan perekonomian khususnya pada wilayah-wilayah yang dilalui.” tutup Rahadian. (*)
*