Berbuah Musiman, Buah Pedada Diolah Jadi Sabun Cair Antiseptik oleh Peneliti UNJA

Jumat 16-06-2023,11:12 WIB
Editor : Setya Novanto

JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Hutan mangrove merupakan hutan yang ditumbuhi oleh pohon-pohon di area sekitar garis pantai yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut. Hutan mangrove ternyata juga memiliki manfaat di bidang ekonomi dan pariwisata. Seperti tumbuhnya pohon bakau merupakan ekosistem yang sangat produktif yang dapat menawarkan banyak produk dan jasa baik bagi lingkungan laut maupun masyarakat disekitarnya. 

Menurut data BKSDA Provinsi Jambi hutan bakau pantai timur memiliki 20 jenis tanaman mangrove, salah satunya adalah jenis mangrove yang dihasilkan yaitu buah pedada (Sonneratia Cassiolaris). Oleh apt. Uce Lestari, S.Farm, M.Farm, Dosen Prodi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Jambi (UNJA), buah pedada diolah menjadi produk pangan seperti Dodol Pedado, Permen Asam Manis Pedada, Granul Pedada dan Marshmallow Pedada sebagai peningkat sistem imun.

Uce Lestari mengatakan, hutan mangrove yang berada disekitar perkampungan Desa Teluk Majelis banyak ditemukan dan didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut. Komunitas tanaman ini berfungsi untuk melindungi garis pantai dan menjadi habitat berbagai hewan perairan. “Masyarakat Desa Teluk Majelis, Tanjab Timur yang berada di wilayah Hutan Mangrove tersebut belum mampu mengoptimalkan potensi hasil hutan mangrove non kayu, sehingga kurang memiliki kepedulian dalam melestarikan ekosistem mangrove di semenanjung pesisir Tanjung Jabung Timur. Tanaman Pedada yang tumbuh di hutan mangrove tersebut berbuah secara musiman, pedada akan berbuah pada akhir tahun seperti periode bulan Oktober sampai dengan Desember,” ujar Uce Lestari. 

Uce Lestari juga menyebutkan, masyarakat Desa Teluk Majelis jarang mengkonsumsi langsung buah Pedada karena rasanya asam. Sehingga buah tersebut banyak jatuh dibawa arus laut ataupun habis dimakan oleh monyet. Rasa asam disebabkan karena Pedada memiliki kandungan vitamin C yang cukup tinggi. 

Berdasarkan penelitiannya, Uce Lestari menjelaskan bahwa buah Pedada mengandung beberapa senyawa bioaktif diantaranya flavonoid, luteolin dan luteolin 7-O-B-glucoside yang memiliki aktivitas antioksidan yang kuat, mampu meningkatkan sistem daya tahan tubuh serta dapat membunuh mikroorganisme. Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) Melati di Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan satu-satunya usaha dalam mengolah buah Pedada menjadi produk olahan pangan seperti Dodol Pedade, Permen Asam Manis Pedado, Granul Pedada dan Marshmallow Pedade sebagai peningkat sistem imun. 

Produk pangan fungsional tersebut telah dijual pada pusat oleh oleh kabupaten Tanjab Timur. Tetapi pengolahan menjadi inovasi sabun cair antiseptik belum dikembangkan. “Kandungan flavonoid pada buah pedada mampu membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri dengan istilah sebagai antiseptic. Dengan melihat potensi ini, maka muncul ide untuk membuat teknologi pengolahan sabun cair buah Pedada sebagai antiseptik,” ungakp Uce Lestari.

Menurutnya langkah awal pembuatan sabun cair antiseptik buah Pedada adalah mempersiapkan pewarna alami yang diambil dari sari Bunga Telang dan sari Buah Binahong. Adapun cara pembuatannya hampir sama dengan pembuatan sari buah Pedada, namun pembuatan sari pewarna alami dibuat dengan cara perebusan Bunga Telang dengan air hingga memberikan warna biru tua. Buah binahong yang sudah masak dilumatkan dan direbus dengan air hingga memberikan warna merah fanta kemudian sari bunga telang dan buah binahong disaring lalu siap digunakan.

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sabun cair antiseptik diantaranya adalah sari buah pedada, kalium hidroksida, natrium lauril sulfat, asam stearat, minyak zaitun, sari bunga telang dan sari buah binahong sebagai pewarna dan pewangi sabun. “Secara umum proses pembuatan sabun cair dilakukan dengan cara pemanasan untuk melarukan bahan-bahan kimia tersebut, setelah terlarut sempurna bahan-bahan tersebut lalu dicampur dan diaduk sampai merata dan dihasilkan sabun cair antiseptik buah Pedada yang kental, berwarna dan memiliki aroma yang khas,” tutur Uce Lestari.

Pada pencampuran sabun cair buah Pedada dengan pewarna alami sari Bunga Telang memiliki keunikan tersendiri, terlihat dimana sari Bunga Telang yang berwarna biru tua setelah dimasukkan kedalam sabun cair buah pedada mengalami perubahan menjadi warna ungu, hal ini disebabkan karena terjadi proses oksidasi dimana sari buah Pedada sendiri banyak mengandung vitamin c yang mengakibatkan perubahan warna antosianin dari Bunga Telang berubah menjadi warna ungu yang khas. 

“Pewarnaan sabun cair antiseptik buah pedada ini dapat divariasikan sesuai dengan selera masing-masing. Pewarnaan tidak hanya digunakan pewarna alami dari tanaman yang ada disekitar kita, tetapi pewarnaan dapat menggunakan pearna makanan yang beraneka ragam seperti pewarna pandan akan menghasilkan warna hijau dan berwarna biru muda yang menarik. Sabun cair buah Pedada dapat digunakan sebagai sabun pencuci tangan sehingga tangan bebas dari mikroorganisme ataupun sebagai sabun pencuci piring dan sabun pencuci pakaian,” ungkapnya.

Diharapkan dengan adanya difusi teknologi yang ditemukannya dapat memberikan manfaat yang luar biasa khususnya bagi masyarakat disekitar sekitar wilayah pesisir Tanjung Jabung Timur menjadi sabun cair antiseptik, yaitu mampu mengembangkan buah pedada menjadi inovasi baru sabun cair antiseptik dalam peningkatan kualitas PHBS dan mampu mengedukasi atau kampanye pelestarian ekosistem mangrove.

“Inovasi baru sabun cair antiseptik Pedada dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari serta dapat membuka peluang usaha dalam berwirausaha, serta dapat menjadi produk unggulan khusus daerah yang berada dipesisir pantai yaitu kabupaten Tanjab Timur dan Tanjab Barat,” tutup Uce Lestari. (*/kar)

Kunjungi: www.unja.ac.id

Kategori :