Oleh : Refi Nola Aqnia, apt. Rasmala Dewi, M.Farm dan apt. Rizky Yulion Putra, M.Farm
Program Studi Farmasi STIKES Harapan Ibu Jambi
JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Sectio caesarea dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Antibiotik dapat digunakan untuk mengurangi tingkat infeksi pasca pembedahan. Sehingga, pasien cenderung menerima pengobatan terapi antibiotik. Hal ini dikhawatirkan adanya interaksi antara obat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kejadian interaksi obat antibiotik pada pasien sectio caesarea di Rumah Sakit X Provinsi Jambi. Metode yang digunakan yaitu desain penelitian non eksperimental dengan rancangan analisis deskriptif yang bersifat prospektif. Analisis data dilakukan dengan menggunakan microsoft office excell 2010. Dari hasil penelitian, 40 pasien memenuhi kriteria inklusi dan sebanyak (32,5 persen) diantaranya memiliki potensi untuk mengalami interaksi obat. Berdasarkan usia, pasien sectio caesarea lebih banyak terjadi berturut-turut pada rentang usia 25-40 tahun (76,9 persen), 41 tahun keatas (15,4 persen), dan pada rentang usia 19-24 tahun (7,7 persen). Jenis interaksinya adalah farmakodinamik (59 persen) dan farmakokinetik (41 persen). Berdasarkan potensi interaksi yang ditemukan, interaksi dengan tingkat keparahan moderat paling banyak ditemukan yaitu (82,3 persen).
“Dan dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat potensi adanya interaksi obat antibiotik pada pasien sectio caesarea pada Rumah Sakit X Provinsi Jambi. Kombinasi obat yang sering berpotensi interaksi adalah ciprofloxacin dengan asam mefenamat dengan jenis interaksi farmakodinamika dengan tingkat keparahan moderat,” kata Refi Nola Aqnia mahasiswi Prodi Farmasi STIKES Harapan Ibu Jambi Senin (29/5).
Dikatakannya, Operasi caesar atau bedah caesar juga dikenal dengan sectio caesarea yang sering disingkat dengan SC adalah proses kelahiran melalui pembedahan dimana sayatan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan bayi. Dalam hal pelaksanaan operasi bedah caesar, tindakan ini hanya dilakukan jika terjadi kemacetan pada persalinan normal atau jika ada masalah pada proses persalinan yang dapat mengancam nyawa ibu dan janin. Keadaan yang memerlukan operasi caesar misalnya gawat janin, jalan lahir tertutup plasenta, persalinan macet, ibu mengalami hipertensi, bayi dalam posisi sungsang atau melintang, serta terjadi pendarahan sebelum proses persalinan (Dewi & Batubara, 2019).
“Pada tahun 2012 persentase rumah sakit swasta yang melakukan persalinan sesar adalah 80 persen sedangkan persentase persalinan normal adalah 20 persen. Menurut laporan medis terbaru pada tahun 2013, naik lagi menjadi 26,3 persen dan 27,5 persen pada tahun 2014 (Kemenkes RI, 2014),” terangnya.
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran interaksi obat antibiotik yang terjadi pada pasien sectio caesarea di Rumah Sakit X Provinsi Jambi. Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat berupa, sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan peneliti dalam melakukan penelitian dan pengetahuan mengenai gambaran kejadian interaksi obat pada pengobatan penyakit sectio caesarea. Sebagai bahan masukan dan tambahan data bagi Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam rangka pertimbangan dan pencegahan terjadinya interaksi obat pada pengobatan penyakit sectio caesarea. Data penelitian yang didapat diharapkan mampu dijadikan sebagai acuan ataupun masukan bagi penelitian Farmasi Klinis selanjutnya.
“Ruang lingkup penelitian ini untuk mengetahui interaksi penggunaan obat antibiotik pada pasien sectio caesarea yang ditinjau dari data rekam medis di instalasi rawat inap di Rumah Sakit X Jambi,” jelsnya.
Berdasarkan hasil penelitian tentangb interaksi obat antibiotik pada pasien sectio caesarea yang telah dilakukan dapat disimpulkan antara lain, berdasarkan data yang diperoleh terdapat interaksi obat pada pasien sectio caesarea sebanyak 13 pasien dengan jenis obat yang mengalami interaksi yaitu sebanyak 17 kasus, dimana diperoleh data jenis obat yang paling tinggi mengalami interaksi adalah Ciprofloxacin dengan Asam Mefenamat sebanyak 8 kasus (47,1 persen), Ciprofloxacin dengan Vitamin B6 sebanyak 4 kasus (23,5 persen), Cefadroxcil dengan Asam Mefenamat sebanyak 1 kasus (5,88 persen), Cefadroxcil dengan Hidroklorotiazid sebanyak 1 kasus (5,88 persen), Ciprofloxacin dengan Ketoprofen sebanyak 1 kasus (5,88 persen), Dexametason dengan Nifedipin sebanyak 1 kasus (5,88 persen) dan Levofloxacin dengan Asam Mefenamat sebanyak 1 kasus (5,88 persen). Dimana interaksi obat terbanyak terjadi antara Ciprofloxacin dengan Asam Mefenamat, interaksi yang terjadi yaitu Peningkatan risiko Stimulasi SSP dan Kejang (Drugs Interaction Checker).
“Potensi interaksi obat antibiotik pada pasien sectio caesarea terjadi pada 13 pasien (32,5 persen). Persentase interaksi obat farmakokinetika sebesar 41 persen dan farmakodinamika sebesar 59 persen. Persentase tingkat keparahan ilnteraksi obat yang paing tinggi yaitu moderate sebesar 82,3 persen, minor 17,7 persen dan mayor tidak ditemukan interaksi obat. Persentase potensi interaksi kombinasi obat paling tinggi yaitu ciprofloxacin dengan asam mefenamat dengan sebesar 47,1 persen,” tandasnya.
Daftar Pustaka
Amin, L. (2014). Pemilihan Antibiotik yang Rasional. Medicinus, 27(3), 40–45.
Annisa, N., & Abdulah, R. (2012). Potensi Interaksi Obat Resep Pasien Geriatri: Studi Retrospektif pada Apotek di Bandung. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, 1(3), 96–101.
Autoridad Nacional del Servicio Civil. (2021). Studi Interaksi Obat Dan Manifestasi Klinik Pada Peresepan Di Puskesmas Bontolempangan Angan ll Kabupaten Gowa. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 2013–2015.
Benjamin, W. (2019). Kajian resep pasien BPJS rawat jalan di instalasi farmasi rumah sakit x bulan agustus-desember 2018. 3, 1–9.