"Jadi intinya kita belum bisa melaksanakan kegiatan pembangunan jalan tol seksi 3 karena belum bisa kontrak walaupun proses lelang telah selesai dan tinggal kontrak," sebut Ibnu.
BPJN Wilayah Jambi hingga saat ini masih menunggu kelanjutan instruksi pusat terkait ketersediaan dana untuk pekerjaan fisik Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang melintasi Jambi tersebut.
Pada prosesnya nanti, jika Seksi 3 Tol Bayung Lencir - Tempino ini selesai, maka akan dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu pembangunan Tol Tempino - Jambi, lalu Tol Jambi Rengat.
Tapi ini belum ada kejelasan kapan dilaksanakan karena kebutuhan dana besar, saat ini sedang proses penyimpanan readiness criteria, termasuk penyiapan rencana pembiayaan, bisa KPBU atau loan," ujar Ibnu.
Adapun Jalan tol Bayung Lencir - Tempino ini panjangnya 33 kilometer terbagi menjadi 3 seksi. Yakni seksi pertama dan kedua berada di Provinsi Sumatera Selatan. Sementara seksi tiga ada di Provinsi Jambi.
"Porsi di Sumsel sepanjang 18 km, dan di Jambi 15 KM. Jadi total panjang penanganan pembangunan tol Bayung Lencir - Tempino seksi 3 ini sepanjang 15 kilometer," jelasnya.
Terpisah, PT Hutama Karya (Persero) mengungkapkan hampir seluruh ruas di Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) dirancang dan dibangun dengan inovasi tahan gempa.
"Sebelum membangun JTTS, Hutama Karya terlebih dahulu melakukan perencanaan dengan memperhatikan berbagai aspek agar jalan tol yang dibangun memiliki kualitas jalan tol yang kokoh, terlebih Indonesia berada di antara tiga lempeng besar dunia yang aktif dimana Pulau Sumatera masuk dalam daerah yang berpotensi terkena gempa bumi," ujar Direktur Operasi III Hutama Karya Koentjoro dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, salah satu teknologi yang diusung untuk pertahanan gempa tersebut yaitu Lead Rubber Bearing (LRB) atau bantalan karet inti timbal yang banyak diterapkan di struktur jembatan.
Teknologi LRB memiliki kemampuan redaman yang tinggi dengan memanfaatkan karet alam yang melimpah di Indonesia.
“Sebelum LRB diterapkan di jalan tol, telah dilakukan uji coba verifikasi standar spesifikasi kondisi dinamik gempa terlebih dahulu untuk membuktikan performa karakteristiknya dengan menggunakan mesin uji terbesar di Asia Tenggara,” katanya.
BACA JUGA:Pemerintah Pusat Segera Bantu Perbaiki Ruas Jalan Rusak di Lampung
BACA JUGA:SIAP-SIAP! Dalam Waktu Dekat Tarif Tol Bakahueni-Terbanggi Besar dan Medan-Binjai Naik
Lebih lanjut Koentjoro menjelaskan bahwa LRB memiliki fungsi yang cukup krusial dalam menjaga keamanan struktur saat terjadi gempa.
Dengan demikian, ketahanan struktur jalan tol lebih terjamin saat menghadapi risiko gempa dimana LRB telah diterapkan di beberapa ruas JTTS seperti tol Binjai - Brandan & tol Bangkinang - Koto Kampar.
“Penerapan teknologi LRB memberikan kualitas terbaik pada jalan tol yang dikelola sehingga menambah umur ketahanan kualitas jalan tol dan menciptakan jalan tol yang aman dan nyaman bagi pengguna yang melintas di JTTS, terlebih saat ini JTTS sudah semakin panjang dan minat masyarakat untuk melintas semakin meningkat,” ujar Koentjoro. (aba)