NUSADUA, JAMBIEKSPRES.CO.ID- Dorab Mistry, Director Godrej International Ltd menyampaikan bahwa pemerintah telah membuat kebijakan yang kurang tepat dengan melarang ekspor minyak sawit pada tahun 2022.
Pemerintah Indonesia seharusnya tidak melakukan larangan ekspor minyak sawit hingga melonggarkan kebijakan DMO.
Sementara itu, Dorab Mistry mengapresiasi kebijakan pemerintah untuk menangguhkan pungutan ekspor hingga 31 Desember 2022.
Sedangkan pajak ekspor harus dipertahankan pada taraf yang rendah dan kebijakan DMO harus dihapuskan.
Menurut Dorab, Indonesia harus punya skenario lain jika perang Ukraina telah usai. Pasalnya permintaan terhadap sejumlah besar minyak biji bunga matahari akan meningkat. Begitu juga produksi rapeseed dan minyak canola pada tahun 2022, mengalami pemulihan besar.
Minyak canola akan memenuhi pasar domestik Amerika. Sedangkan produksi biji mustard India akan mencatat rekor baru pada tahun 2022-2023.
Di sisi lain, Brazil diperkirakan akan panen lebih dari 150 juta ton minyak kedelai. Hal ini dapat menjadi ancaman bagi minyak sawit Indonesia.
Harga Masih Bergejolak
Chairman, LMC International Ltd James Fry memperkirakan, tiga bulan pertama 2023 atau Januari hingga Maret harga Soybean, Palm, Rapeseed, sunflower dan brent masih akan menguat sebagai dampak permintaan yang tinggi di awal tahun. Hanya saja, dibandingkan Soyben, Rapeseed, sunflower, harga palm masih berada dibawah minyal nabati lain dan mengalami fuktuasi tajam dalam waktu yang cukup panjang,” kata James Fry.
Menurut James Fry, gejolak langsung di pasar setelah invasi Rusia ke Ukraina tidak akan berlangsung lama setidaknya dalam mempengaruhi harga minyak mentah dan minyak nabati.
“Ini tidak diragukan lagi, bahkan setelah reaksi harga baru-baru ini, harga minyak nabati telah menetap jauh di atas level minyak mentah Brent."
Di Asia Tenggara, pajak/pungutan ekspor membuat CPO lokal jauh lebih murah daripada minyak gas. Biodiesel di Indonesia dan Malaysia saat ini sangat kompetitif dengan gasoil, dengan POGO negatif.
Namun demikian, dua negara importir minyak terbesar, yakni India dan Cina, sedang bergerak untuk mencari sumber minyak nabati lain. (van)