Kasus Mahasiswa UIN yang Ditelanjangi dan Dipaksa Minum Air Kloset oleh Senior Mulai Diselidiki Polisi

Selasa 11-10-2022,05:00 WIB
Editor : Dona Piscesika

PALEMBANG, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Skandal dugaan pelecehan dan perlakuan tak wajar yang dialami mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang pada Jumat (30/9) lalu memasuki babak baru. 

Kini kasus yang dialami Arya Lesmana Putera (19) yang menjadi korban penganiayaan oleh sejumlah rekannya sesama mahasiswa telah mulai diselidiki polisi.

"Harapan saya, semoga pelaku bisa ditindak tegas dan dihukum seberat-beratnya,” ujar Arya usai menjalani pemeriksaan di Polda Sumsel, Senin (10/10).

Prengki tim Kuasa Hukum Arya mengatakan selama BAP kliennya dicecar 16 pertanyaan. “Alhamdulillah bisa dijawab dengan lancar," ungkap Prengki. 

Saat pemeriksaan itu, Arya juga dimintai keterangan seputaran kejadian di TKP penganiayaan. Mulai kronologi, hingga siapa saja pelakunya.

"Siapa saksi pada saat kejadian, dan pada saat setelah kejadian. Alhamdulillah semua pertanyaan bisa dijawab oleh Arya dengan lancar," lanjutnya.

Prengki menyebut penyidikan kasus yang menimpa kliennya masih berjalan. 

Kini, para pelaku dikenakan Pasal 170 KUHP tentang penganiayaan, tindak kekerasan secara bersama-sama. 

"Namun untuk proses penyelidikan mungkin akan lebih lanjut, karena masih ada dugaan lain yang dilakukan oleh para pelaku," kata Prenki.

Kronologi Kejadian 

Arya Lesmana Putera (19), Jumat (7/10) kepada media menceritakan detail kasus kekerasan yang dialaminya.

Ia mengaku telah jadi korban kekerasan saat menjadi panitia Diksar UKMK Litbang UIN Raden Fatah Palembang.

Didampingi ayahnya, Rusdi (57) dan tim kuasa hukum Sofhuan Yusfiansyah SH dan M Sigit Muahimin SH serta rekan dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBH) Sumsel Berkeadilan, Arya bercerita.

Jumat 30 September 2022, siang Arya dan para terduga pelaku sempat shalat Jumat bersama di Bumi Perkemahan Gandus Palembang. 

“Saya menjadi khotib sekaligus jadi imam salat Jumat. Lalu setelah itu saya makan siang bersama peserta, karena saya panitia konsumsi,” ujar Arya. 

Setelah itu Arya dibawa ke tempat sepi oleh para senior untuk memeriksa HP miliknya. 

“Lalu saya dibawa oleh tiga orang. Dan satu orang langsung menerjang saya. Dibawa lagi menghadap senior di pinggir danau. Terus di sana juga HP saya dicek lagi,” kata Arya. 

Tidak berhenti di situ. Arya kemudian dibawa ke toilet dan mengalami pelecehan seksual. Kali ini terduga pelaku adalah rombongan dari panitia pelaksana. 

“Saat itu yang saya ingat ada sekitar tiga orang lagi dan dia langsung menganiaya,”katanya. 

“Di toilet disuruh buka pakaian dan tanpa sehelai benang pun. Saat itu ada sekitar delapan orang yang datang lagi. Di toilet disundut dengan api rokok,” terangnya lagi. 

Selain mengalami pelecehan seksual yang ditonton oleh sebagian panitia perempuan, Arya juga diancam menggunakan golok oleh salah seorang terduga pelaku dan korban sempat minta ampun. 

“Memang benar dan ada, senjata tajam itu jenis golok. Di dalam toilet terus dianiaya lalu dipaksa keluar dari toilet dengan kondisi bugil,” katanya. 

Para terduga pelaku kemudian membawa Arya ke sebuah pohon yang persis berada tidak jauh dari toilet dan pinggir danau. 

“Di lokasi perkemahan ada pohon dan seorang pelaku ada yang berteriak meminta ambilkan tali. Badan saya dililit tali di pohon dalam keadaan bugil dan ditonton oleh panitia perempuan sekitar 20 orang. Ada juga yang melarang melihat,” ungkap Arya lagi.

Lalu, Arya mengaku disuruh ke toilet lagi untuk mengenakan pakaian lagi. Ada jeda, dikasih minum sebelum turun hujan. 

Sekitar pukul 16.30 WIB, Arya menjelaskan, dia dibawa ke ruangan dekat tempat penyimpanan tas peserta. Arya disuruh duduk di atas tumpukan tas dan kemudian diinterogasi. 

 “Diinterogasi dan lagi-lagi kembali dianiaya secara bertubi-tubi oleh pelaku yang mengancam dengan golok tadi,” katanya. 

“Sekitar 40 menit hingga pukul 17.10 WIB. Terus dibawa lagi di dalam rumah seperti sudah disiapkan. Diinterogasi dan banyak pertanyaan,” bebernya. 

Terus dibawa lagi ke pinggir sebuah rumah. Lalu menerima ancaman lagi oleh senior akan dibenamkan dalam danau.

 “Hampir sekitar pukul 18.00 WIB saya dibawa lagi ke pohon dan dipukul menggunakan kayu seperti gagang sapu. Sambil diinterogasi, kepala saya dipukul hingga benjolan,” tambah Arya. 

Lanjut dibawa ke Musala mulai dari pukul 19.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB. 

“Mata saya ditutup dengan tas mukenah dan disuruh buat video pernyataan klarifikasi. Tetapi rekamannya selalu salah karena teks terlalu panjang,” ujar Arya lagi. 

Saksi dari panitia kesehatan, sampai menangis saat melihat Arya dianiaya. 

“Melindungi wajah dengan tangan sampai jam tangan hancur. Oleh panitia kesehatan, saya dikasih obat penghilang nyeri sampai menunggu senior datang,” tambahnya lagi. 

Senior yang datang tadi hanya memeriksa HP tetapi membiarkan saja. 

Terakhir, sekitar pukul pukul 22.00 WIB hingga pukul 24.00 WIB Arya diajak ke pinggir jalan dan lagi-lagi dianiaya. 

“Saat itu saya sempat ditelpon oleh teman dan sempat video call dan ditanya sama teman saya mengaku aman-aman saja karena saat itu di bawah ancaman,” tutup Arya. 

Sementara, Rusdi, bapak korban sungguh menyayangkan pihak UIN dan para terduga pelaku yang hingga saat ini belum meminta maaf kepada Arya.

“Jangankan meminta maaf, biaya pengobatan di Rumah Sakit kemarin sebesar Rp 7,8 juta kami harus menanggungnya sendiri dan terpaksa kami mengumpulkannya dengan meminjam uang dari keluarga,” tutup Rusdi dikutip dari sumeks.co. (*)  

 

Kategori :