“Pengen jadi luar biasa, yang namanya ada dimana – mana, yang kenalnya juga manusia manusia hebat tanpa tapi, sayangnya sudah terlalu banyak yang luar biasa, karena itu menjadi manusia biasa yang beguna jauh lebih berarti, sebab buat apa luar biasa, jika disapa saja tidak bisa.”
>>>***<<<
“Lo pernah nggak si pengen progres tapi ngestuck di situ – situ aja, awalnya udah ada niat sih, Cuma setelahnya lo merasa, kayak ya sudahlah.” Sandi terkulai lemas di samping Jinan yang masih seperti biasanya, bercumbu manja dan mesra dengan buku dan rumusnya, Jinan mengedikkan bahunya, “Nggak heran sih gue kalo lo orangnya,” Balas Jinan yang malah membuat mood Sandi menurutn drastis 200% persen.
“Orang kalo gue curhat tu disemangatin ke diapain kek, dihujat mulu perasaan,” Keluh Sandi, yang dibalas dengan lemparan kacang oleh Jingan, “Orang modelan lo kayaknya bagus di juludin sih, soalnya lo mau dinasehatin juga akhirnya sama aja, kalo nggak ada kesadaran ya bakal gitu gitu aja,” Ujar Jingan yang sukeses membuat Sandi merasa terjungkal, tertampar, tersidir dan tercubit habis – habisan.
“Pengen kek lo atau minimal Jinan gitu yang pinter, nggak gini – gini aja, gue revisi deh tujuan hidup gue yang mau jadi biasa – biasa aja.” Sesal Sandi yang dibalas Bian dengan kekehan, ketiganya kompak menatap Bian bingung, sebab tadinya Bian tampak tertidur pulas di atas meja.
“Lo dilahirin buat jadi manusia berguna bukan sempurna,” Ujar Sandi yang kompak ketiganya balasnya.
“Widih..si Bian teguh udah mulai berbicara.”
“Kagak kaleng kaleng emang abang kita ini..”
“Ulti Ulti Ulti….”
“Berisik!”
“Jangan jadi siapa – siapa, cukup tau aja dan kenal diri lo siapa. Karena lo nggak akan pernah bisa menggapai hal yang bukan menjadi bagian dari lo, lo hanya butuh lo, cukup jadi yang biasa aja, karena kita butuh sandi yang biasa dan berguna, bukan Sandi yang luar biasa tanpa bisa disapa.” Bian selalu punya kata – kata yang bagus, hanya saja itu keluar disaat yang tidak tepat, karena bersamaan dengan itu, mereka berempat dapat mendengar suara Pak Dani yang meneriaki mereka untuk segera menghadap.
“Jingan…tobat lo ngajak kita bolos mulu…awas lo habis ini!” Teriak Sandi dan Jingan kesal, sedang Bian sedang mengancam Jingan dengan Gerakan leher yang terputus. (bersambung)