Bagian 2: “Stetoskop, Jas Lab, dan Gombalan Murah”

Bagian 2: “Stetoskop, Jas Lab, dan Gombalan Murah”

ilustrasi--

“Hidup yang bahagia itu hidup yang dinikmati”

-Widia ft. Abian

>>>***<<<

“ARGHHH!! BELAHAN JIWA RAGA GUE!” Tiga dari empat orang yang duduk melingkari meja kantin itu kompak menutup telinga sembari menyembunyikan wajah mereka, meratapi salah satu teman yang sedikit gila menangisi stetoskopnya yang patah di tengah ramainya kantin fakultas hukum.

“Na, lo ngotak dikit dong njir! Malu kita!” Abian berbisik pelan, masker hitam terpasang apik di wajahnya, mencengkram leher Arsena sedikit kuat, agar temannya itu berhenti membuat drama dan suara tangisnya yang terdengar sangat sumbang itu. Widia—pacar Abian sekaligus teman Arsena—turut mengangguk, sedangkan Raka memutar bola matanya malas.

“Kemaren jas lab lo robek, sekarang stetoskop lo patah? Besok apalagi? Kepala lo yang putus?” Tanya Raka sarkas yang dibalas delikan tajam oleh Arsena. Abian dan Widia mendesis kecil, ngeri melihat Raka yang jarang berbicara sekalinya berbicara mampu menendang, menampar dan menjungkir balikkan seseorang dalam sekejap.

“Yang, untung aja pacar aku kamu, coba si Raka, pasti udah mati muda aku.” Bisik Widia polos di samping Abian yang masih dapat didengar langsung oleh Raka dan Arsena.

“Iya yang, kamu jangan bayangin pacar kamu si Raka. Kan aku lebih ganteng dari dia!” Abian menyetujui ucapan kekasihnya, namun sedikit melayangkan rasa jengkel sebab Widia yang membayangkan dirinya menjadi pacarnya Raka. 

“Iyaa…Ayangku yang paling gantengg! Cuma punya Widia seorang!”

BRAK!!

HOEK!!

Suara gebrakan meja dan muntahan langsung terdengar kompak dari dua orang yang tersisa, tentu saja Raka dan Arsena. Bagi Raka tidak ada yang paling menggelikan di dunia ini selain gaya pacaran Abidan dan Widia, sedangkan Arsena menatap keduanya seolah mereka adalah sesuatu yang sangat menjijikkan. Abian dan Widia hanya tersenyum masam, kedunya tidak heran dengan respon Raka dan Arsena yang hampir mereka temui setiap hari, raut masam Abian dan Widia berubah dengan cepat saat menatap satu sama lain, pandangan saling memuja dan penuh cinta.

Widia melanjutkan kegiatannya mencubit pipi Abian dengan gemas, sedang Abian yang diperlakukan menikmati dengan senang. “Yang pacaran di dunia ini banyak, tapi cuma kalian yang lebaynya ya tuhan… gue bahkan nggak bisa komen lagi.” Arsena menggaruk kedua pipinya bingung, patah hatinya perihal stetoskop teralihkan dengan cepat sebab Abian dan Widia.

Widia memperbaiki letak kacamatanya, ia berhenti mencubit pipi Abian sebentar. “Gue menerapkan apa yang lo bilang, Arsena.” Widia menyurupu jus jeruknya yang tinggal setengah, “Menikmati hidup namanya.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: