Disiinggung soal kandidat yang menawarkan untuk berpasangan, menurutnya selain Dr Maulana juga ada beberapa nama lainnya.
“Selain Dr Maulana, ada juga yang menyampaikan kepada saya, baik itu dari masyarakat Jawa, Kerinci dan lainnya adanya keinginan untuk bersama-sama membangun Kota Jambi,” katanya.
Tak beda jauh dengan Effendi Hatta. Calon dari Partai Demokrat yang juga merupakan Ketua DPRD Provinsi Jambi itu sepertinya bakal menggandeng Asnawi AB atau Zainal Abidin sebagai pendamping.
Namun demikian, saat dikonfirmasi, Effendi masih menjawab secara diplomatis. ‘’Nantilah, akan kita komunikasikan dengan parpol dan juga sesepuh-sesepuh yang nantinya mendukung kita,’’ ujar Effendi Hatta.
Begitu pula halnya dengan calon incumbent Bambang Priyanto. Meski namanya cenderung tenggelam jika dibandingkan tiga kandidat lainnya, namun Bambang semakin dekat dengan kader PKS M Zayadi, dengan asumsi PKS akan mendukung Bambang.
“Komunikasi dengan Zayadi dengan person belum, nanti kita jalani aja,” ujar Bambang.
Namun Walikota Jambi ini juga menyatakan, tidak menutup kemungkinan dirinya juga bisa berpasangan dengan kandidat lain.
“Kalau memungkinkan, siapa saja yang akan mendampingi bisa saja nanti. Insya Allah yang pasti saya maju,” katanya.
Terpisah, Zayadi yang merupakan Anggota DPRD Kota Jambi dari PKS saat dikonfirmasi mengatakan, dirinya siap untuk berdampingan dengan siapa saja.
“Kita (PKS, red) memang ada melakukan komunikasi, hanya saja belum pasti. Kalau saya secara pribadi siap jika memang itu keputusan partai,” katanya.
Sementara itu, Pengamat Politik Jambi, Jafar Ahmad saat dimintai tanggapannya mengenai pasangan kandidat tersebut menuturkan, sudah sepatutnya para kandidat menetapkan pasangannya.
‘‘Sebenarnya sudah patut untuk memilih wakil, kalau sekarang ini bisa dikatakan sudah telat menentukan pasangan,’‘ tuturnya.
Menurutnya, waktu ideal untuk menentukan pasangan tersebut adalah satu tahun bahkan lebih menjelang pelaksanaan Pemilukada.
‘‘Supaya kesempatan untuk melakukan sosialisasi lebih panjang dan lebih terarah. Sosialisasi paling tidak tahun tahun lebih, biar lebih melekat dihati masyarakat. Kecuali bagi kandidat yang sudah populer duluan,’‘ jelasnya.
Dikatakannya, lebih cepat menentukan pasangan dan melakukan sosialisasi untuk meraih simpati masyarakat ini sangat menguntungkan. ‘‘Lebih cepat menentukan pasangan dan melakukan sosialisasi, pemilih yang mengambang ini tidak terlanjur kekandidat lain,’‘ katanya.
Dalam menentukan wakil, kandidat harus melihat keterwakilan daerah dan etnis. Pemilih tradisional, akan lebih menghubungkan dengan simbol-simbol etnis tersebut.