RSRM Lamban, Ibu Hamil Tewas

Kamis 17-01-2013,00:00 WIB

Dua Jam di UGD, Tiga Jam di HCU

JAMBI –  Pasien Rumah Sakit Raden Mattaher (RSRM) Jambi, Angga Tiara Dufika (19) menghembus napasnya yang terakhir di Ruang HCU Kebidanan. Penyebabnya, diduga karena pelayanan di RSRM yang lamban.  Hal ini sesuai apa yang dituturkan oleh suami korban, Andri Warsuda saat dijumpai di rumah duka, di jalan Yos Sudarso, RT 10, Kelurahan Sijenjang, Kecamatan Jambi Timur, kemarin.

Menurut Andri, pada Senin (14/1) malam, ia bersama almarhumah Angga (sapaan akrab istrinya, red) baru saja melakukan USG bayi dalam kandungan almarhumah.

Pada hari kejadian, lanjutnya, korban (Angga, red) tiba-tiba saja mengeluh sakit kepala dan tak sadarkan diri. “Makanya dibawa ke rumah sakit,” ungkapnya.

Saat itu, katanya, ia langsung membawa korban ke dokter di Jambi Timur. “Saat itu darahnya normal. Saya bawa ke dr Sadiman. Namun, dia (dr Sadiman, red) angkat tangan. Dia (dr Sadiman, red) mengaku alat kurang lengkap, jadi dirujuk ke RS Umum,” terangnya.

Pukul 17.00 WIB, lanjutnya, almarhumah sudah masuk ke UGD RSRM. Saat itu langsung dicek tensi dan rupanya darah tinggi. ‘’Tapi malah disuntik. Kan harusnya tak boleh. Tensinya kalau tak salah sekitar 150, kan tinggi sekali,” ujarnya.

Ditambahkannya, karena dalam keadaan panik, korban direncanakan akan dipindahkan ke ruangan ICU. Sayangnya, saat itu, informasi yang didapatkan, ruang ICU penuh.

“Jadi kami harus kesana-kemari mencari kamar sendiri. Kami tunggu sampai jam 7 malam. Rupanya katanya ada ruang HCU (High Care Unit) kebidanan. Tapi katanya penuh juga,” ujarnya seraya mengatakan, itu seperti yang diinformasikan perawat.

Hanya saja katanya, setelah dicek, rupanya ruangan itu (HCU, red) tidak penuh. ‘’Hanya digembok saja sama mereka (pihak rumah sakit, red),” ungkapnya.

Ruang High Care Unit (HCU) kebidanan ini merupakan ruangan penanganan tingkat tinggi untuk menangani pasien dengan cepat. Terlebih yang kondisinya memang membutuhkan tindakan medis. Sayangnya, pelayanan disana tak selayaknya nama dari ruangan ini.

 “Dari jam 19.00 WIB, hingga saat meninggal, pukul 22.00 WIB kami di ruang HCU itu, kami dibiarkan tanpa ada tindakan medis,” tukasnya.

Di UGD, katanya lagi, memang ada tindakan yang dilakukan oleh perawat yang ada disana saat itu. “Dia meninggal di ruang HCU kebidanan,” sebutnya.

Sambil meneteskan air mata, Andri Warsuda mengungkapkan, menurut bidan yang ada saat itu, katanya, korban akan ditangani oleh salah satu spesialis. Sayangnya, ditunggu-tunggu kedatangannya, dokter yang dimaksud tak kunjung datang dan memberikan tindakan.

“Kata bidan tadi, ada dokter mau datang untuk menangani istri saya. Setelah dipertanyakan, suster itu mengatakan, jika dr berangkutan sedang di jalan. Masak dari jam 7 sampai jam 10 malam di jalan. Emang di jalan mana,” tukasnya.

Anehnya lagi, saat dipertanyakan kembali keberadaan dokter itu kepada petugas lainnya, keterangannya berbeda dengan perawat lainnya. Menurut perawat yang ditanyanya saat kedua kali itu, jika dr Herlambang sedang menjalankan operasi. “Perawat satu lagi bilang lagi operasi, kan tak jelas,” ungkapnya.

Tags :
Kategori :

Terkait