KAMPANYE pasangan calon di Pemilukada Merangin menjadi ajang “perang” jurkamnas dan artis ibu kota. Ini terlihat sejak dimulainya masa kampanye.
Kampanye yang gencar dilakukan tersebut untuk memperoleh suara terbanyak, mendapatkan dukungan serta ingin dikenal atau memperkenalkan diri. Ketika dilakukan kampanye akbar, setiap pasangan calon berlomba-lomba untuk menggalang masa yang besar.
Namun menurut Pengamat Politik Jambi, Jafar Ahmad, untuk meraup suara dengan menggelar kampanye akbar yang menurunkan jurkamnas dan artis ibu kota kurang efektif.
“Daripada kampanye akbar, lebih efektiv dilakukan dengan turun langsung, ketemu dan komunikasi langsung dengan masyarakat, tapi ini harus intensif, massif,” katanya.
Turun ke masyarakat menurutnya, calon cukup dengan jalan-jalan saja, melihat fasilitas umum dan lainnya. Ini yang lebih efektif, ceritanya lebih berkembang di tengah masyarakat. Pemilih justru ingin didatangi daripada mendatangi. Pemilih lebih melihat orang yang dia kenal atau pernah lihat orangnya. Untuk itu, calon ini harus blusukan ke masyarakat.
“Kampanye itu semacam show up saja, calon puas melihat orang yang datang banyak, sebenarnya dari sisi rill untuk pendulangan suara pengaruhnya relatif lebih kecil,” ujarnya.
Banyak atau sedikitnya masyarakat yang datang tidak bisa menjadi ukuran, karena orang yang datang ini bia saja besoknya datang lagi ke kampanye kandidat lain. Masyarakat yang datang kampanye ini tidak penting baginya mendengarkan visi misi, lebih dominan orang itu melihat jurkamnas atau artisnya.
“Kampanye seperti ini efektivitasnya kurang, tidak seluruh orang yang datang kenal dengan kandidatnya dan tidak seluruh yang kenal itu suka dengan kandidatnya. Walaupun kampanyenya ramai, pemilihnya juga bisa lebih kecil,” jelasnya.
Untuk mendulang suara, lebih baik calon menggerakkan tim sukses agar secara intensive bertemu lansung dengan masyarakat. Tanya langsung selera masyarakat itu apa, apa yang dikomunikasi tim secara lansung ini bisa tersampaikan secara proporsional dan objektiv.
“Kalau kampanye akbar posisinya diatas angin sebenarnya, sebagian besar masyarakat yang datang itu bukan karena kandidatnya. Ada yang datang karena dikasih uang transport, atau mau melihat artis. Itu motivasi masyarakat datang. Jadi kecil pengaruhnya dalam meraup suara, ongkosnya besar, pengaruhnya kecil,” tandasnya.
Selain itu, pengaruh kampanye tersebut juga tergantung dengan informasinya sampai atau tidak kepada masyarakat. Seberapa besar kampanye itu, terliput secara luas oleh media atau tidak.
“Dalam kontek daerah-daerah yang relative komunikasinya tidak terlalu intensive, pengaruh kampanye itu ada tapi tidak besar,” pungkasnya.
Sementara itu, Pengamat Politik Jambi, Ivan Fauzani menjelaskan, kampanye merupakan upaya mereka untuk mengumpulkan massa sebanyak mungkin dengan menggunakan media jurkamnas atau artis ibu kota. Momen ini dimanfaatkan untuk menyampaikan visi misi calon.
““Itu cukup efektiv, tetapi akan lebih efektiv lagi bila mereka betul-betul mampu meyakinkan masyarakat. Peran partai ini harus di kedepankan, mesin-mesin partai yang harus dihidupkan,” jelasnya.
Menurutnya, kehadiran jurkamnas dan artis sebenarnya hanya untuk menarik massa. Sedangkan pengaruhnya dalam meraup suara, tergantung kepada figur calon.