JAMBI-Inflasi di Kota Jambi hingga Februari 2013 secara kumulatif mencapai 1,98 persen, relatif lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Tingginya angka inflasi tersebut, membuat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Jambi menyiapkan langkah strategis untuk mengendalikan inflasi.
\"Diperlukan koordinasi yang terarah untuk mengendalikan inflasi ke depan sehingga sasaran inflasi nasional sebesar 4,5% ± 1 dapat tercapai,” kata Marlison Hakim, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi ketika membuka pertemuan tim teknis Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID Kota Jambi) pada 19 Maret 2013. Pertemuan ini dihadiri oleh 20 orang anggota SKPD Provinsi Jambi maupun Kota Jambi.
Hadir sebagai pembicara, Yos Rusdiansyah, Kepala BPS Provinsi Jambi yang memaparkan definisi inflasi, cara penghitungan inflasi, dan pergerakan angka inflasi di Kota Jambi. “Angka inflasi Jambi terbentuk dari 354 komoditas. Berdasarkan kelompoknya, bahan makanan merupakan kelompok dengan bobot penyumbang inflasi terbesar yaitu mencapai 26,77%.” kata Yos Rusdiansyah.
Sementara itu, Poltak Sitanggang, Deputi Kepala Perwakilan Bidang Ekmon Bank Indonesia Provinsi Jambi, mengatakan, TPID kali ini membahas mengenai informasi perkembangan harga dan kecukupan produksi terkini serta tantangan dan permasalahan yang dihadapi serta langkah-langkah dan kebijakan yang telah dan akan diambil.
Berdasarkan informasi kondisi terkini di lapangan, beberapa komoditi mengalami penurunan harga seperti daging ayam ras, dan cabe merah. Panen cabe merah di sekitar Kabupaten/Kota sekitar Jambi (seperti Sungai Lilin) menyebabkan penurunan harga.
Untuk lebih meningkatkan produksi cabe merah, pada tahun 2013 ini akan dikembangkan lahan cabe 40 ha di tiga kecamatan di Kota Jambi, yaitu Danau Teluk, Pelayangan dan Kota Baru.
Selain itu, akan dilakukan pengaturan musim tanam sehingga produksi tidak terjadi secara bersamaan dan terjamin ketersediaan pasokan antar waktu. Salah satu kendala dalam pengembangan cabe merah ini adalah iklim dimana ketika musim kemarau, produksi mengalami gangguan karena kering. Sementara pada musim hujan seperti beberapa waktu lalu yang mengakibatkan banjir, produksi juga terganggu.
Dua komoditi yang saat ini masih mengalami kenaikan harga adalah bawang merah dan bawang putih. Untuk kedua jenis komoditi ini, Kota Jambi masih bergantung kepada wilayah lain, terutama pulau Jawa.
Pasokan bawang merah saat ini sedang berkurang karena berkurangnya pasokan dari sentra di Jawa. Namun demikian, dalam waktu dekat ini beberapa daerah seperti Brebes dan Cirebon akan segera panen sehingga diharapkan pasokan dapat kembali lancar.
Sementara pasokan bawang putih yang didapatkan melalui impor sempat mengalami kekurangan stok akibat keterlambatan persetujuan impor. Diprediksikan dalam waktu 10 hari mendatang diharapkan pasokan sudah dapat kembali normal karena persetujuan impor telah ditandatangani.
“Pemantauan harga secara berkala sangatlah penting untuk dapat mengetahui secara dini kondisi di lapangan sehingga dapat ditentukan langkah pengendalian inflasi ke depannya. Di samping itu, kami akan mengadakan inspeksi pasar bersama untuk melihat perkembangan harga dan kecukupan pasokan. Dari sisi produksi, untuk dapat lebih meningkatkan modal bagi petani, maka akan diselenggarakan pertemuan intermediasi antara petani dan perbankan sehingga permasalahan permodalan oleh petani dapat teratasi. Ke depannya, pertemuan tim teknis ini akan terus dilaksanakan secara rutin di awal bulan, setelah rilis inflasi diterbitkan oleh BPS,” beber Poltak Sitanggang.
(cr10/zir)