Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, pemerintah tetap berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi 6,2 persen pada 2013 merupakan target paling realistis. “Lebih baik kita pilih realistis, daripada mematok target tinggi dan tidak tercapai,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, dalam RAPBN Perubahan 2013, pemerintah merevisi target pertumbuhan ekonomi dari 6,8 persen menjadi 6,2 persen. Sedangkan fraksi-fraksi di Komisi XI DPR meminta target lebih tinggi, antara 6,3 - 6,5 persen.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo yang juga dimintai pandangan mengatakan, BI memiliki proyeksi pertumbuhan ekonomi yang sama dengan pemerintah, yakni 6,2 persen. “Faktor kuat yang mempengaruhi adalah recovery ekonomi global yang berjalan lambat, sehingga menekan kontribusi ekspor pada pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.
Perbedaan pandangan dalam penentuan asumsi makro RAPBNP 2013 juga terjadi di pos inflasi. Chatib mengatakan, dengan asumsi kenaikan harga BBM subsidi pada Juni nanti, maka angka inflasi direvisi dari 4,9 persen menjadi 7,2 persen. “Ini juga angka realistis, sebab inflasi year on year hingga April saja sudah di atas 5 persen,” ucapnya.
Namun, angka tersebut kembali tidak disetujui oleh Komisi XI DPR. Menurut Harry, beberapa fraksi di DPR masih belum menyetujui rencana kenaikan harga BBM bersubsidi. Sehingga, jika menyetujui angka inflasi 7,2 persen, sama saja dengan menyetujui kenaikan harga BBM. “Karena masih belum sepakat, jadi asumsi inflasi juga ditetapkan dalam range 6,0 - 7,2 persen,” ujarnya.
Dengan demikian, dari berbagai asumsi makro dalam RAPBN Perubahan 2013, hanya beberapa yang sudah disepakati pemerintah dan DPR, yakni nilai tukar Rupiah 9.600 per USD, suku bunga acuan Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan sebesar 5,0 persen.
(owi/sof)