Dijelaskannya, faktor waktu memulai start itu menjadi penting. Karena ketika seperti Fasha memulai, yang lain belum, perhatian masyarakat terhadap yang sudah memulai ini akan seratus persen karena dia sendiri. “Tapi kalau memulainya berbarengan dengan yang lain tentu perhatiannya akan terbagi,” jelasnya.
Kemudian, dalam melakukan sosialisasi Fasha juga bisa menjadi orang baik dan diketahui oleh banyak orang. Media massa salah satu upaya untuk membuat public tahu. “Kita tidak cukup hanya sekadar menjadi orang baik, mungkin Bambang Priyanto, Effendi Hatta dan Sum Indra itu baik, tapi tidak diketahui orang banyak,” akunya.
Disingung soal Effendi Hatta-Asnawi AB (Fena) yang diusung Demokrat yang merupakan partai pemenang Pemilu di Kota Jambi, menurut Jafar pengaruh tidak signifikan.
“Partai hampir tidak berkontribusi untuk meraup suara, walaupun ada partai tidak bisa diharapkan untuk menjadi pendulang suara. Karena pemilih partai itu tidak berafiliasi dengan partai itu secara ideologi, tidak terikat dengan partai. Orang akan terikat dengan orang,” tandasnya.
Dalam Pilkada menurutnya partai hampir dipastikan tidak memiliki kontribusi besar untuk sang calon, yang memiliki kontribusi besar itu sang calon sendiri. “Partai sebenarnya fungsinya lebih kepada tiket masuk,” pungkasnya.
Sementara itu, Ivan Fauzani , Pengamat politik Jambi lainnya mengatakan, meski KPU belum menetapkan siapa pemenang Pilwako secara resmi, kekalahan Bambang Priyanto dan Sum Indra sebagai incumbent salah satunya tergantung kepada kinerja.
‘‘Incumbent itu ada plus minusnya. Masyarakat yang menilai, kalau selama ini masyarakat merasa kepemimpinan incumbent baik atau bagus tentu respon masyarakat untuk memilih itu baik. Incumbent yang bisa bertahan itu bagi yang bisa menunjukkan dengan masyarakat bahwa kinerjanya baik. Program-program kerjanya dapat dijalankan,” katanya.
Hasil kinerja incumbent selama menjabat selama ini sangat penting dan menjadi tolak ukur bagi masyarakat. “Sebenarnya incumbent kinerjanya diukur, jadi masyarakat yang menilai. Mungkin juga masyarakat punya harapan kepada kandidat baru yang dianggap mampu menjawab persoalan masyarakat,” ujarnya.
Disamping itu masyarakat juga melihat Bambang Priyanto-Sum Indra semua bersatu, sekarang maju sendiri-sendiri. “Tentu itu akan mempengaruhi. Selama memimpin itu harus kompak sampai akhir perjalanan,” tambahnya.
Selain ketidakpuasan terhadap kinerja incumbent, masyarakat juga disuguhkan dengan pilihan-pilihan yang baru, seperti FAS dan Fena sebagai pilihan alternative.
Soal FAS sebagai pendatang baru yang dipilih masyarakat, ini karena karakteristik pemilih yang ingin mencoba hal yang baru. Memang sosok figure calon juga menjadi pertimbangan dan visi misinya saat kampanye.
“Seperti Fasha akan berkantor di kelurahan, itu akan dibuktikan oleh masyarakat, betul atau tidak omongannya itu jangan hanya saat kampanye. Dewan juga harus ikut bertanggungjawab untuk mengawal itu semua setelah KPU menetapkan pemenangnya,” katanya.
Sedangkan Fena, walaupun diusung partai besar seperti Demokrat itu tidak menjadi jaminan. Apalagi permasalahan yang menimpa Demokrat di pusat sekarang sedikit banyaknya akan mempengaruhi pola fikir pemilih.
“Disamping itu figur sangat menentukan. Kalau mau maju itu berbuat dulu untuk masyarakat. Jangan dua bulan atau tiga bulan mau maju sibuk mendekatkan diri dengan masyarakat, tidak bisa seperti itu. Fasha sudah lama melakukan sosialisasi kemasyarakat. Ia juga tidak segan-segan membawa alat beratnya turun untuk membantu masyarakat,” jelasnya.
“Ini menunjukkan bahwa beliau di tengah-tengah masyarakat memang betul-betul komitmen berbuat untuk rakyat. Kita lihat juga nanti setelah terpilih bagaimana, masyarakat akan membuktikan kesungguhannya,” pungkasnya.
Terpisah, Ketua KPU Kota Jambi mengatakan, untuk pelaksanaan pleno rekapitulasi suara ditingkat KPU akan digelar hari ini. “Pleno pukul 14.00 WIB besok (hari ini, red) di ruang pola Kantor Walikota Jambi,” katanya.