Baru setelah pihak Royan Institute menunjukkan keseriusan dalam melakukan berbagai riset hingga diakui dunia internasional, para donatur akhirnya memberikan support secara kontinu. Hingga sekarang dukungan itu terus mengalir untuk pengembangan ilmu ini.
Bahkan, Royan Institute mampu membangun fasilitas yang sangat memadai. Di antaranya dua laboratorium yang lengkap untuk mengembangkan ilmu ini. Mereka juga mendirikan bank stem cell yang donasi jaringannya dari negara-negara di Timur Tengah.
Satu per satu hasil riset pun dihasilkan. Mereka sudah mampu mengkloning hewan dengan stem cell. \"Para ahli di Royan Institute beberapa kali berhasil melakukan kloning pada kambing dengan ilmu itu,\" jelas spesialis dan konsultan ortopedi itu.
Royan Institute mempunyai sarana pelayanan aplikasi stem cell yang lengkap, terutama untuk infertilitas (ketidaksuburan). Mereka juga bisa melakukan pengobatan stem cell untuk kornea mata dan vitiligo.
\"Sebenarnya apa yang mereka lakukan kami juga bisa. Hanya, di sini terbentur pada fasilitas yang ada,\" ungkap dr Ferdiansyah.
Royan Institute mempunyai empat gedung untuk penanganan stem cell. Dua gedung khusus laboratorium, dua lainnya untuk pelayanan dan bank sel punca. Bandingkan dengan RSUD dr Soetomo yang hanya memiliki satu lantai khusus untuk stem cell di Gedung Diagnostik Center (GDC).
Penelitian di Royan Institute juga jauh lebih maju. Pada 2013, misalnya, mereka berhasil mengadakan 75 riset. Sebaliknya, RSUD dr Soetomo hanya mampu menghasilkan 10 riset.
Akselerasi Royan dalam pengembangan ilmu ini juga boleh dibilang cepat. Tak heran, tiap tahun mereka bisa melayani sekitar 4.000 pasien yang datang dari berbagai negara. Di antaranya dari Iraq, Kuwait, Syria, dan negara-negara Timur Tengah lainnya.
Bukan hanya itu. SDM yang mereka miliki kebanyakan bukan sekadar dokter, melainkan scientist yang berdedikasi penuh di bidangnya.
\"Sebenarnya kami juga punya scientist. Hanya, sekali lagi, dana untuk riset itu sangat besar,\" ujarnya.
Selama ini RSUD dr Soetomo sudah menerapkan pengobatan stem cell untuk berbagai penyakit. Misalnya, diabetes melitus, stroke, osteoporosis, leukemia, patah tulang, kelumpuhan karena trauma tulang belakang, gangguan penglihatan retina, dan parkinson.
Menurut Ferdiansyah, sejatinya RSUD dr Soetomo mempunyai modal untuk menjadi pusat pengembangan stem cell di Indonesia. Sebab, rumah sakit yang menjadi rujukan pasien di Indonesia Timur itu memiliki SDM yang andal di bidang stem cell. Kendalanya, support dana untuk mengembangkan keilmuan itu masih rendah. Mengandalkan dana dari pemprov saja tidak akan cukup. Sebab, pemprov lebih memprioritaskan peningkatan penanganan problem kesehatan dasar yang membutuhkan anggaran cukup besar.
Sementara itu, stem cell termasuk bidang kesehatan advanced. Tim RSUD dr Soetomo sendiri telah membuat kalkulasi. Dana yang dibutuhkan untuk pengembangan fasilitas dan peralatan sekitar Rp 50 miliar, sedangkan untuk gedung sekitar Rp 20 miliar.
Karena itu, RSUD dr Soetomo berharap ada dukungan donatur untuk program ini. Perusahaan-perusahaan besar yang memiliki corporate social responsibility (CSR) diharapkan tergerak untuk mendukung pengembangan bidang ilmu kedokteran ini.
\"Dengan syarat, kerja sama atau bantuan yang diberikan sifatnya tidak mengikat seperti yang dilakukan di Royan,\" tambah Dr dr Joni Wahyuadi SpBS (K).
Joni mencontohkan, di Tiongkok pengembangan stem cell banyak ditopang oleh warganya yang sukses di luar negeri. Mereka mau membantu karena potensi ilmu ini untuk kemajuan ilmu kedokteran sangat besar. Apalagi, masyarakat yang menginginkan pengobatan dengan sistem stem cell cukup banyak.