Internal Golkar Wacanakan Ical Cawapres Jokowi
JAKARTA - Peta koalisi antarparpol untuk menentukan capres-cawapres masih cair. Mereka masih mencari peluang terbaik sebelum memfinalkan pasangan capres yang diusung pada pilpres mendatang.
Yang terbaru, internal Partai Golkar memunculkan wacana agar capres mereka, Aburizal Bakrie (Ical), \"menurunkan derajatnya\" dengan bersedia menjadi cawapres mendampingi capres PDIP Joko Widodo (Jokowi).
Usul tersebut cukup rasional. Sebab, bila maju sebagai capres, Ical diprediksi sulit menandingi elektabilitas Jokowi maupun Prabowo Subianto dari Partai Gerindra. Dengan elektabilitas yang boleh dibilang minim, Golkar juga akan sulit menggandeng parpol koalisi sebagai syarat mendapatkan cawapres pendamping Ical.
Ketua Dewan Pertimbangan DPP Partai Golkar Akbar Tandjung mengungkapkan, dirinya kecewa atas hasil penghitungan cepat pemilu legislatif (pileg) yang menempatkan partai beringin di posisi kedua dengan raihan 14 persen suara nasional. Dia meminta adanya evaluasi atas hasil pemilu legislatif melalui ajang rapat pimpinan nasional (rapimnas).
\"DPP harus menjelaskan kenapa itu (perolehan suara pileg) bisa turun dari target. Target kami awalnya 30 persen, diturunkan jadi 26 persen. Namun, hasilnya ternyata sama saja dengan pemilu lalu,\" ujarnya dalam diskusi yang digelar Polcomm Institute kemarin (11/4).
Menurut dia, bila sudah ada evaluasi, baru isu pencapresan bisa dibicarakan. Dengan perolehan saat ini, Golkar hanya berharap raihan kursi di DPR mencapai 20 persen nasional untuk bisa mencalonkan sendiri. Namun, hal tersebut sangat berat. Karena itu, Golkar harus mengajak parpol lain berkoalisi untuk mencari cawapres pendamping Ical.
\"Mudah-mudahan partai lain mau Aburizal jadi capres. Sebaliknya, bila partai lain menolak, Golkar tidak dapat memaksakan diri,\" ujarnya.
Dalam berbagai pernyataan, Ical selalu menyebut dirinya sebagai capres Golkar. Namun, dengan elektabilitas sekitar 6 persen, angka itu kalah jauh oleh Prabowo dan Jokowi yang telah menyentuh elektabilitas dua digit.
Akbar mengajukan opsi baru untuk mencegah terjadinya kebuntuan. Yakni, mengubah posisi Ical dari capres menjadi cawapres. \"Kalau partai (lain) mengatakan tidak setuju capresnya Aburizal, kami tidak bisa memaksakan,\" tegasnya.
Dengan Ical menjadi cawapres, Golkar harus lebih terbuka membangun koalisi dengan partai mana pun, termasuk PDIP. \"Kerja sama koalisi yang penting memiliki kesempatan dan hak yang sama, sejauh memiliki kesamaan yang prinsipiil dan memiliki basis dukungan politik yang memperkuat capres,\" ungkapnya.
Di tempat yang sama, Ketua DPP PDIP Rokhmin Dahuri menyambut peluang koalisi PDIP dengan Golkar. Dia menyatakan, sosok Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Akbar Tandjung memiliki hubungan yang spesial. \"Bang Akbar dan Mbak Mega memiliki chemistry yang sangat kinclong. Dalam arti sejarah Golkar, Mbak Mega (selalu) melihatnya ke Bang Akbar,\" ujar Rokhmin.
Dia menyebutkan, PDIP tidak akan kaku dalam melihat koalisi. Hal yang terpenting, koalisi harus dibangun dengan hati. Sebab, sudah saatnya pemerintahan ke depan memiliki kesolidan tinggi, termasuk di level parlemen. \"Menentukan arah koalisi sangat krusial,\" tegas Rokhmin.
Sementara itu, kemarin mantan Wapres sekaligus mantan Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla yang juga disebut-sebut sebagai salah satu kandidat cawapres Jokowi giliran datang menemui Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh. Pertemuan itu dilakukan tepat sehari setelah sejumlah elite PDIP juga berkunjung ke kantor partai di Jalan Gondangdia, Jakarta, tersebut.
Saat ditanya tentang tujuan kedatangannya, JK \"sapaan akrab Jusuf Kalla\" hanya menyatakan bahwa dirinya ingin memberikan selamat kepada Surya Paloh yang telah berhasil memimpin partainya melewati pemilu dengan hasil yang bagus. \"Sesama sahabat itu penting. Saya mau kasih selamat,\" katanya.