Gelar Aksi di Mal, Berdiri sambil Acungkan Tiga Jari

Senin 02-06-2014,00:00 WIB

Beragam Strategi Penentang Junta Militer Thailand

 Massa penentang kudeta militer di Thailand terus melawan. Ketika aparat keamanan semakin represif, mereka mengubah strategi agar bisa terus menyuarakan aspirasi.

  KARDONO SETYORAKHMADI, Bangkok

  RENCANA demo besar yang digelar kelompok Kaus Merah kemarin (1/6) tak sepenuhnya berhasil. Polisi dan militer Thailand sejak pagi melakukan sweeping di kawasan Ratchaprasong, kawasan bisnis di Bangkok, yang dipilih sebagai pusat demonstrasi.

 Dengan blokade dan sweeping tersebut, hingga pukul 11.00, tidak ada satu pun tanda-tanda demonstrasi. Padahal, dalam grup Facebook bernama Anti Kudeta Militer Thailand, warga diseru agar pukul 10.00 tepat berkumpul dan melakukan aksi damai menentang kudeta militer.

 Polisi dan militer sendiri sudah menempatkan lebih dari seribu personel di sekitar kawasan tersebut. \"Sejak awal kami sudah memperingatkan mereka. Bahwa siapa pun yang berdemo akan kami tangkap,\" kata Deputy of Royal Thai Police Letjen Somyot Pompanoung kepada para wartawan di perempatan Ratchabasong kemarin.

 Dia dan pasukannya tidak mau terus berjaga setiap hari. \"Kami juga punya keluarga. Kami juga tidak ingin terus berada di jalanan setiap hari, mengawasi dan menjaga aksi demonstrasi. Semuanya bergantung demonstran sendiri. Mau damai atau tidak,\" cetusnya.

 Somyot mengakui bahwa krisis yang terjadi memukul sektor perekonomian. \"Banyak toko yang harus tutup. Ini semua bergantung demonstrannya,\" ucap dia. Kemarin sejumlah pusat perbelanjaan besar seperti Central World memang harus tutup dan baru buka pukul 12.00 karena mengantisipasi aksi demo di kawasan tersebut.

 Somyot memperingatkan para warga untuk tidak mengikuti seruan demo yang marak di social media. \"Butuh waktu untuk membangun dampak buruk dari krisis yang terjadi hampir setahun ini. Kami akan bertindak tegas. Siapa pun yang melakukan aksi demo pasti akan kami tangkap dan kami serahkan ke pihak militer untuk diproses,\" tegasnya.

 Somyot yakin tidak akan ada demo kemarin. \"Intelijen kami telah menyebutkan hal tersebut. Bahwa tidak akan ada yang berani berdemo,\" ujarnya.

 Namun, tak lama kemudian, Somyot harus meralat ucapannya. Tak lebih dari 50 meter setelah Somyot menggelar jumpa pers, seorang perempuan berusia sekitar 60 tahun melakukan aksi demonstrasi seorang diri. Mengenakan topi dan penutup muka lucu, perempuan itu naik ke pot besar pinggir jalan, mengacungkan tangan tanda perlawanan dan berjoget.

 Awalnya dia tidak bersuara sama sekali. Namun, kerumunan wartawan membuat dia berseru-seru dalam bahasa Thailand. \"Saya tidak ngomong apa-apa lho. Saya tidak melanggar hukum,\" katanya ketika ditanya nama. Seorang polisi berseragam dan seorang reserse memburu perempuan itu. Akhirnya, setelah lari sepanjang 3 km, polisi berhasil menangkap perempuan itu.

 Para demonstran sendiri memilih mengubah strategi. Mereka memecah diri menjadi banyak grup kecil-kecil dan kemudian melakukan protes di sejumlah pusat perbelanjaan. Salah satunya di kawasan Sukhumvit, Terminal 21. Di pujasera lantai 2 mal tersebut beberapa orang melakukan aksi berdiri sambil mengacungkan tiga jari. Simbol tiga jari itu memang menjadi trademark perlawanan baru untuk kelompok penentang kudeta militer.

 \"Tiga jari ini berarti equality (persamaan), liberty (kebebasan), dan brotherhood (persaudaraan),\" ucap seorang demonstran yang tak mau disebut namanya. Meski mau difoto, semua demonstran tidak mau menyebut nama lengkap mereka.

 Tiga jari sebenarnya mengadopsi simbol perlawanan yang digunakan dalam novel dan film layar lebar The Hunger Games. Demonstran tersebut mengatakan bahwa mereka akan terus melawan dengan cara-cara seperti itu. \"Kami boleh dibilang tak melanggar hukum. Hanya berdiri dan mengacungkan tiga jari,\" tuturnya.

Tags :
Kategori :

Terkait