Reformasi Butuh Pemimpin Merakyat

Sabtu 07-06-2014,00:00 WIB

JAKARTA - Anggota Tim Pemenangan Joko Widodo - Jusuf Kalla, Budiman Sudjatmiko, mengatakan, setelah 16 tahun Reformasi, negeri ini masih berada transisi demokrasi yang mengkhawatirkan.

Di satu sisi, ada capaian-capaian yang harus diapresiasi, tetapi di sisi lain masih terdapat masalah yang cukup kompleks dikarenakan lemahnya kepemimpinan nasional.

\"Kepemimpinan selama ini cenderung berjarak dengan rakyat. Maka dari itu, diperlukan pemimpin alternatif yang sederhana dan merakyat,\" kata Budiman, Jumat (6/6), di Jakarta.

Politisi dari PDI Perjuangan itu berpandangan, pilpres 2014 merupakan saat yang tepat bagi masyarakat memilih pemimpin yang benar-benar memahami masalah rakyat.

Menurutnya, pemimpin yang bisa memahami masalah rakyat hanyalah pemimpin yang lahir dari rakyat, yang menderita bersama rakyat, yang bergelut dengan masalah-masalah rakyat.

 Pemimpin yang lahir dari rakyat tidak perlu lagi belajar mencintai rakyat karena dia benar-benar sudah dipercayai rakyat. \"Karena hakekat kepemimpinan adalah kepercayaan,\" kata mantan aktivis itu, Jumat (6/6).

Ia menambahkan, pemimpin yang lahir dari rakyat sudah memiliki modal dasar yaitu kepercayaan.

\"Tinggal rakyat memberikan kekuasaan formal sehingga pemimpin yang dicintai rakyat itu memiliki otoritas penuh untuk membawa Indonesia lebih maju,\" kata Anggota Komis II DPR ini.

 Ia mengatakan, kegagalan di negeri ini berlangsung karena adanya saling tidak percaya antara rakyat dengan pemimpinnya. Rakyat tidak mempercayai pemimpinnya, dan sebaliknya pemimpin mencurigai rakyatnya.

Menurutnya, jika rakyat memilih pemimpin yang lahir dari rakyat, yang dipercayai rakyat  dan dicintai rakyat maka tidak akan ada rasa saling curiga di antara pemimpin dan rakyatnya.

\"Pemimpin yang lahir dari rakyat, dipercayai rakyat, dan dicintai rakyat itu hanya Jokowi-Jusuf Kalla,\" pungkas politisi PDI Perjuangan, itu. (boy/jpnn)

Tags :
Kategori :

Terkait