PSK Berharap Dulang Rezeki untuk Bekal Pergi

Kamis 19-06-2014,00:00 WIB

Merasakan Malam Terakhir Lokalisasi Dolly sebelum Ditutup Selamanya

 Tadi malam Pemerintah Kota Surabaya secara resmi menutup lokalisasi Dolly. Bagaimana suasana pada malam terakhir operasi salah satu ikon dunia malam Kota Buaya itu\" Jawa Pos secara khusus menghabiskan malam penghabisan tersebut di Gang Dolly, Selasa (17/6).

 

 WAJAH tirus Tania (bukan nama sebenarnya) malam itu terlihat kusut. Tidak seperti biasanya yang berdandan menor dengan lipstik tebal dan blush-on di pipi, kali ini wajahnya hanya disapu bedak tipis. Pemerah bibirnya juga ala kadarnya. Keceriaan yang biasanya ditunjukkan untuk menarik tamu pun hilang. Sebaliknya, pembawaannya jadi cemberut.

 Malam itu, hingga sekitar pukul 21.00, PSK (pekerja seks komersial) asal Indramayu, Jawa Barat, tersebut belum mendapat seorang pun tamu. Padahal, biasanya jam segitu dia sudah menggaet minimal dua tamu.

 \"Mau dapat tamu bagaimana\" Semua orang takut ke sini,\" ujar perempuan 26 tahun itu.

 Padahal, pada malam terakhir kerjanya di Dolly tersebut, Tania berharap bisa mendulang banyak \"rezeki\". \"Minimal buat uang saku pergi dari sini,\" ucapnya.

 Tania belum kapok menjalani hidup sebagai PSK. Karena itu, dia berencana melanjutkan \"karir\"-nya di daerah lain yang kehidupan prostitusinya masih ramai. Kalau tidak di Kalimantan Timur, ya di Manado atau ke Batam.

 \"Mau kerja apa lagi selain begini\" Ya, kalau kepepet, baru pulang ke rumah,\" kata perempuan yang telah empat tahun menjadi PSK di Dolly tersebut.

 Dia mengaku bingung dengan perkembangan situasi sehingga Dolly harus ditutup. \"Tidak tahu lah. Pokoknya pergi dari sini,\" ujarnya.

 Memang, sehari sebelum ditutup, suasana Dolly masih terlihat \"ramai\". Suara dentuman musik dangdut tetap terdengar keras bersahut-sahutan dari wisma-wisma yang berjejer di gang sepanjang 300 meter itu. Di ruang-ruang etalase juga masih banyak PSK yang mejeng dengan dandanan tidak senonoh.

 Kontras dengan di dalam wisma yang ingar-bingar, suasana di luar tampak sepi. Gang Dolly yang biasanya ramai dengan para hidung belang yang berseliweran keluar masuk wisma, Selasa malam itu, relatif lengang. Tidak banyak calon konsumen yang \"memanfaatkan\" malam terakhir di lokalisasi yang diklaim sebagai tempat prostitusi terbesar di Asia Tenggara itu.

 Usut punya usut, pengunjung Dolly sepi lantaran berita penutupan lokalisasi yang memanas. Apalagi kelompok massa yang menolak penutupan siap melawan. Bahkan, mereka memortal mulut gang yang terkenal hingga mancanegara itu.

 \"Katanya Dolly akan dibuat rusuh,\" ungkap Romadhoni, warga Rungkut, Surabaya, yang ditemui di warung kopi sekitar Gang Dolly.

 Menurut dia, kabar mengkhawatirkan tersebut beredar di internet dan menjadi pembicaraan hangat di warung-warung kopi. Itulah yang kemudian membuat para pelanggan Dolly enggan datang untuk kali terakhir.

Tags :
Kategori :

Terkait