Bisa Bertahan Karena Jambi Punya Motiv Sendiri

Rabu 17-09-2014,00:00 WIB

Keluh Kesah Pengerajin Batik Jambi Hadapi Gempuran Pasar Luar 


KOTA Seberang memang identik dengan daerah pengerajin batik. Batik Hj Nurmah, merupakan salah satu sanggar yang menyediakan ragam Batik Jambi.

YUNITA SARI. S


Batik merupakan salah satu warisan nusantara yang patut dilestarikan. Hampir setiap daerah memiliki batik dengan ciri khas tersendiri, termasuk Jambi yang dikenal memiliki warna yang lebih cerah serta motif yang unik, seperti Durian Pecah dan Angso Duo yang kerap menjadi simbol Jambi. 

Ratumas Asia, merupakan salah satu pengerajin yang masih melestarikan batik asal Jambi. Membatik merupakan usaha turun temurun dari ibunya, Hj. Nurmah yang juga dijadikan nama usaha batiknya yang beralamat di jalan K.H. Saleh RT 02 Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk, Seberang Kota Jambi.

Diakuinya, tak mudah mempertahankan dan melestarikan budaya batik Jambi di tengah gempuran global. Awal-awalnya pasar batik Jambi sempat goyang dengan hadirnya beragam brand batik asal Jawa. Dengan harga yang relatif lebih murah dan model yang banyak ragamnya, ia sempat mengaku kalah saing. Namun kendala tersebut masih bisa membuat  banyak pengerajin batik Jambi bertahan karena Jambi memiliki motif berciri khas dan masih dicari.

Namun saat ini, kendala semakin rumit yang tengah dialami oleh pengerajin lokal yakni hadirnya motif-motif Jambi yang produksinya malah dari daerah lain seperti pulau Jawa. Meskipun tak serupa, motif-motif tersebut banyak dijual di Jambi dengan harga yang lebih murah dan dipasarkan di beberapa pusat penjual batik di kota Jambi. Meskipun bisa menghadirkan harga yang lebih murah, namun tentu saja ini mengurangi peran pengerajin lokal.

‘’Ya, jelaslah ini menjadi kendala bagi kami. Mau nurunin harga kami tidak untung, tapi kalau bertahan kami kalah saing,’‘ keluhnya.

Di tengah dilema seperti ini, menurutnya tak sedikit pengerajin batik yang gulung tikar akibat tak mampu bertahan akibat persaingan. Belum lagi kendala pemasaran yang masih sangat terbatas sehingga keuntungan yang bisa didapatkan cukup kecil. Ia mengaku untuk lebih  mengakalinya lebih sering melempar batik dari rumah produksinya ke luar  daerah karena pasarnya masih terbuka. Hanya saja kendalanya, kondisi pasar di daerah sangat tergantung dengan harga komoditas.

Ditemui di rumahnya, perempuan yang kini meneruskan usaha warisan sang ibunda ini mengaku awalnya membatik hanya dikerjakan keluarga. Namun kini dibantu oleh 10 orang pengerajin yang merupakan masyarakat sekitar.

‘‘Pegawai kami ya orang-orang sini. Selain ibu rumah tangga ada juga pelajar yang nyambi untuk mengisi waktunya. Lumayan untuk tambahan belanja dan uang jajan,’‘ ujarnya. 

Namun menurut perempuan ini, meskipun usahanya kini semakin sulit, Asia tetap ingin terus menjadi pengusaha batik Jambi untuk mempertahankan budaya yang dimiliki oleh jambi. Bahkan putri-putrinya sejak kecil sudah diajarkan cara membatik.

 ‘‘Ini upaya biar batik Jambi tetap bisa lestari. Harapannya keadaan pengerajin batik Jambi yang kian hari semakin sulit ini bisa menjadi perhatian bagi para pemangku kebijakan,’‘ tandasnya.  (*) 

Tags :
Kategori :

Terkait