ongkosnya tinggi,\" tuturnya.
Selain harga mahal, kualitas buah atau barang lain produksi Indonesia dianggap belum cukup baik di pasar internasional. Akibatnya selama ini ekspor di dominasi komoditi seperti CPO atau karet. Itu yang membuat ekspor tidak banyak bergerak meski dolar menguat.\"Mau dolar Rp 13.000 atau 14.500 kalau negara lain tidak mau terima barang dari kita mau apa?,\" terangnya.
Dia berharap dalam paket kebijakan ekonomi jilid III pemerintah mampu mendorong daya beli masyarakat, terutama dengan menurunkan harga BBM.
Sebab hal itu berkaitan langsung dengan distribusi barang.\"Kita berharap biaya logistik di dalam negeri bisa turun sehingga harga barang kita bisa murah di luar negeri. Daya saing ekspor kita meningkat,\" jelasnya.
(owi/dee/wir/dim/gen)