Nama Dr Mustarim sudah tak asing lagi di dunia kesehatan. Ia merupakan dokter spesialis anak yang bertugas di RSUD Raden Mattaher Jambi. Kecerdasannya menghantarkannya menjadi orang sukses.
FAIZARMAN
MASA kecil Dr Mustarim patut menjadi inspirasi. Ia tumbuh dan besar di tengah keluarga yang sangat sederhana. Orang tuanya Ja’far merupakan nelayan yang bermukin di Kampung Laut Kecamatan Sabak Kabupaten Tanjungjabung Timur.
Ketika libur saat masih SD, pria kelahiran 1971 ini kerap membantu ayahnya melaut. Aktivitas itu ia lakukan hingga selesai SMP. Kemudian ia melanjutkan pendidikan di SMAN 3 Kota Jambi. Meski terlahir dari keluaraga sederhana, dia anak yang cerdas dan padai dalam berorganisasi. Sejak SMP hingga SMA, ia selalu meraih pradikat juara umum. Prestasinya itu ditopang dengan kepercayaan dari teman-teman sebaya. Ia juga selalu dipilih menjadi Ketua OSIS.
Sepanjang mengeyam pendidkan di Kota Jambi, Mustarim juga sering mendapatkan kesulitan keuangan. Untuk menutupi itu, ia mengajar ngaji anak-anak di lingkungan tempat kosnya di Lorong Madrasah Kawasan Thehok.
1991, ia lulus sebagai salah satu siswa terbaik dan menjadi mahasiswa undangan yang mendaftarkan di Fakultas Kedokteran (FK) UNDIP Semarang melalui jalur PMDK. Menjadi seorang mahasiwa, Mustarim tumbuh sebagai remaja yang tekun dan ulet. Tidak salah jika ia pernah dipercaya untuk menjadi Senat Mahasiswa UNDIP dan Ketua Bidang (Kabid) Pembinaan Anggota (PA) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Semarang.
“Waktu kulih ia juga pernah jadi marbot masjid dari semester 5 hingga mau lulus. Tentu sayaratnya harus bisa iman, khotib dan adzan,” ujarnya. Meski harus tertatih-tatih, 1998 Mustarim akhirnya menyelesaikan studi kedokterannya. 2005 ia menyelesaikan spesialis anak. 2015, ia akan menyelesaikan sub spesialis neurology di FK UI.
Kini ia menjadi dokter spesialis anak yang cukup ternama di Jambi dan tercatat sebagai dokter di RSUD Raden Mattaher. Dia juga memiliki tiga tempat praktek, RS Kambang, RS Theresia, dan RS Siloam. Dia juga sebagai dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Jambi (Unja). Sesekali ia bersama rekan-rekan dokter lain juga melakukan pengobatan massal bagi masyarakat di perkampungan. Ia juga aktif di organisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Jambi.
“Yang pasti siapa yang bersungguh-sungguh pasti akn mendapat,” jelasnya. Sebagi dokter anak, ia juga mengaku turut prihatin dengan kondisi asap yang melanda Provinsi Jambi. Ia berpesan agar orang tua mengurangi aktivitas anaknya diluar rumah menjaga gizi.
“Kita sudah berkoordinasi dengan dinas kesehatan terkait asap ini. Khusus untuk bayi, orang tua agar tetap memberikan asi,” pungkasnya
. (***)