Saling Lapor, Bentuk Kepanikan

Kamis 12-11-2015,00:00 WIB

Tensi Politik Jelang Pilgub Jambi Semakin Panas

Gencar Serang Basis Lawan

JAMBI-Tensi politik di Provinsi Jambi 28 hari jelang Pemilihan Gubenur (Pilgub) Jambi yang jatuh pada tanggal 9 Desember mendatang, semakin meninggi.

Factor ini diyakini karena hanya dua pasangan calon saja yang bertarung yakni pasangan nomor urut 1 Hasan Basri Agus-Edi Purwanto (HBA-EP) dan pasangan calon nomor urut 2 Zumi Zola-Fachrori (ZZ-FU), sehingga potensi konflik cukup tinggi.

Kondisi ini juga terlihat nyata dengan adanya aksi saling lapor hingga ke isu negative campaign yang semakin masif dilakukan, terutama di media-media sosial.

Tak ayal jika pengamat politik menyebut cara ini merupakan upaya untuk mempengaruhi pemilih dan mengggangu konsentrasi serta mesin politik menuju 9 Desember mendatang.

Paling anyar, laporan dilakukan oleh tim ZZ-FU ke Bawaslu atas dugan pelecehan atribut kampaye oleh tim HBA-EP pada debat cawagub kemarin. Sebelumya, pada debat Cagub pasangan HBA-EP melaporkan tim ZZ-FU ke Bawaslu atas dugaan penghinaan melalui yel-yel yang diutarakan salah satu tim.

Selain itu, laporan ke Mapolda Jambi terkait dugaan pelecehan seksual oleh salah satu Cagub yang kuat dugaannya bernuansa politis. Serta beberapa laporan pengrusakan APK kedua paslon, baik itu ke Panwas maupun Bawaslu.

Pengamat Politik Indobarometer, Hadi Suprapto Rusli saat dikonfirmasi Rabu (11/11) kemarin,  mengatakan,  semakin dekatnya masa pemungutan suara tak bisa dipungkiri akan membuat tensi politik relative meninggi. Baik itu negatif campaign, saling rapor ke Bawaslu atau ke ranah hukum. Tujuannya tak lain adalah untuk menjatuhkan elektabilitas kandidat dan menggerus suara serta simpati masyarakat.

Numun disisi lain, tindakan ini tentunya harus berada di dalam garis dan koridor yang wajar. Meski negative campaign tak dilarang namun kedua pasangan ini  juga harus memperhatiakan hal-hal yang bisa merusak tatanan demokrasi.

“Yang perlu diketahui adalah kalau sifatnya msih negative campaign sah-sah saja, karena bedasarkan fakta dan realitas. Kalau sudah di luar jalur ini bisa merusak tatanan demokrasi kita,” ujarnya.

Mantan Pengurus BPL PB HMI ini menyebutkan, kondisi ini membuat tim dan mesin politik dari kedua pasangan juga harus lebih bijak melihat dampak dan perkembangan di lapangan. Baginya jika salah sedikit saja dalam memaknai ini maka akan berdampak hingga ke tim ditingkat paling bawah.

“Dengan sisa waktu yang ada tim harusnya lebih fokus untuk memanfaatkan sisa masa kampanye dengan turun ke masyarakat serta menyentuh wilayah yang mungkin belum tercover,” ucapnya.

Ia juga mengingatkan bahwa kedua paslon mempunyai tanggung jawab terhadap tim yang telah dibentuk hingga ke tingkat kecamatan atau desa. Tentunya untuk menjaga Pilkada agar berjalan sesuai dengan semangat dan tujuannya.

“Padahal pernyataan bisa berpengaruh besar bagi kandidat. Makanya saya katakan upaya ini digunakan untuk menjatuhkan elektabilitas dan simpati dari masyarakat,” jelasnya.

Tags :
Kategori :

Terkait