Tertarik Dalami Sejarah Jambi
Kepedulian Joy Christine, terhadap sejarah Jambi patut mendapatkan apresiasi. Usianya masih muda. Tapi, sudah memberikan perhatian lebih terhadap sejarah yang hampir dilupakan oleh anak seusianya. Ia berniat, sejarah Jambi akan dituangkan dalam sebuah buku karangan sendiri.
MALAM peluncuran tiga buku ‘Bengkel Sastra’, penulisan sejarah Jambi yang di fasilitasi Kantor Bahasa Provinsi Jambi, pekan lalu menjadi titik awal bagi Joy Christine mewujudkan keinginannya memahami sejarah Jambi. Tiga buku yang diluncurkan itu berjudul ‘Zamrud Zamrud Sumatera, Cerita Tentang Jambi dan Pelangi di atas Batanghari’.
Tiga buku itu menjadi awal bagi Joy guna mengupas sejarah Jambi. Kemahiran remaja kelahiran 11 Juli 1999 dalam menulis memang tak diragukan lagi. Kebiasaan menulis ini telah ia lakukan sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Ia masih berstatus sebagai siswa di SMA Bina Kasih, Kota Jambi. Pernah mendapat predikat dari sejumlah perlombaan menulis. Yakni, juara III lomba esai yang diselenggarakan oleh HIMAJA. 10 besar finalis menuli karya ilmiah oleh Bappeda Provinsi Jambi. Kemudian juara I lomba esai yang diselenggarakan kantor bahasa 2015.
“Saya tertarik ingin menulis sendiri tentang sejarah Jambi. Karena belum banyak yang Saya ketahui,” ujarnya ditemui usai peluncuran 3 buku di Kantor Bahasa.
Lewat tulisan dan tekadnya, menjadikan namanya popular dikalangan rekan-rekan sebayanya. Tak sedikit antara sesama siswa meminta tanda tangannya yang baru diluncurkan itu. “Sering nulis di blogger juga. Hitung-hitung bisa dibaca dunia juga,” katanya.
Ketertarikannya terhadap aktivitas menulis ini juga tak terlepas dari hobynya membaca buku. Selain menjadi rujukan, membaca juga bisa menambah wawasan pengetahuan.
“Kalau sehari itu ya harus menyempatkan diri untuk membaca. Kalau tidak, rasanya ada yang kurang,” jelasnya.
Dalam penulisan buku yang diluncurkan Kantor Bahasa, ia mengaku mengambil tanggung jawab pada judul ‘Zamrud Zamrud Sumatera’. Pada penyelsesaian buku itu, ia mengaku berkerja secara tim yang dibagi 4 kelompok. Dalam satu kelompok terbagi atas 6 orang dan memiliki tugas mengumpulkan data.
“Kelompok kami ada Anggi, Fikri, Avicha, Nuraila, Adelia. Memang harus dibagi, kalau tidak lumayan lama juga selesainya. Saya salut kepada rekan satu tim terutama kelompok kami,” katanya.
Pembuatan buku yang berisikan sejarah di beberapa Kecamatan dan wilayah Kota Jambi itu, diakuinya juga mendapatkan kesulitan. Selain sumber yang sangat minim, kepedulian masyarakat terhadap peninggalan sejarah juga terlihat minim.
“Kesulitan serius itu tida ada, hanya saja pengumpulan data memang membutuhkan tenaga ekstra. Apalagi kalau ada yang sampai tidak mau tau dengan sejarah ini,” tandasnya.
(***)