Bahan kampanye yang disediakan KPU dianggap merupakan karya para paslon. Di sisi lain, sosialisasi tatap muka dari KPU berkurang intensitasnya. Akibatnya, jumlah tokoh dan poegiat pendidikan pemilih ikut turun dan ajakan kepada masyarakat untuk memilih menjadi berkurang.
Sementara itu, Komisioner KPU Juri Ardiantoro mengatakan, cukup banyak evaluasi yang akan dilakukan pihaknya dalam pilkada kali ini. Salah satunya adalah tingkat partisipasi yang rendah di kawasan perkotaan. Pihaknya harus kembali memikirkan cara untuk menggenjot partisipasi pemilih pada pilkada 2017 yang pemungutan suaranya bakal dilakukan pada Februari.
Namun, evaluasi yang paling utama menurut Juri ada pada pencalonan.
’‘Pencalonan itu isu yang membuat banyak masalah dalam pilkada,’’ tuturnya. Baik terkait penerimaan pendaftaran, verifikasi, penetapan, sampai pada proses sengketa penetapan paslon.
Evaluasi lainnya, masih saja ada sejumlah TPS yang harus melakukan pemungutan suara ulang. Meskipun pihaknya sudah menyiapkan antisipasi melalui petugas sdi lapangan, namun ternyata masih ada yang bermasalah sehingga prosesnya harus diulang.
Dia menambahkan, kemarin para komisioner KPU disebar ke sejumlah daerah untuk memonitor proses pascapemungutan suara. Berita-berita yang muncul di media massa kami cek ke lapangan sebelum akhirnya dievaluasi secara menyeluruh.
(aiz/byu)