Pemerintah Optimis Ekonomi Tumbuh 4,73 %

Senin 04-01-2016,00:00 WIB

 

Bambang menuturkan, secara keseluruhan tahun 2015 adalah tahun yang penuh dinamika ekonomi. Meski begitu, dia menilai, perekonomian Indonesia relatif berhasil melewati perlambatan ekonomi global. \"Walaupun menghadapi tekanan eksternal seperti negara berkembang lainnya, tapi kinerja perekonomian kita masih lebih baik. Kondisi fiskal 2015, dalam situasi yang aman sehingga stabilitas perekonomian masih terjaga dengan baik,\"tuturnya.

 

Bagaimana dengan tahun ini? Bambang memaparkan, APBN 2016 lebih kredibel namun tetap mampu mewujudkan Nawa Cita. Alasannya, berbagai kebijakan pemerintah pada 2015 masih terus dilanjutkan. Kebijakan-kebijakan tersebut pun mulai dirasakan manfaatnya pada 2016, diantara kebijakan reinventing policy hingga revaluasi aset. Pihaknya juga meyakini, tax amnesty atau pengampunan pajak bisa diberlakukan tahun ini. Sebagai informasi, pemerintah memperkirakan potensi perolehan dari tax amnesty mencapai Rp 60 triliun.

 

Namun, hal tersebut tidak menutup kemungkinana adanya revisi target penerimaan pajak pada APBN-P 2016. \"Kemenkeu juga tidak ragu merevisi target penerimaan negara dalam APBN 2016 dengan basis realisasi penerimaan negara tahun 2015,\"ujarnya.

 

Sementara itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto mengungkapkan bahwa target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar 5,3 persen dianggap terlalu tinggi.

 

”Di 2015 saja sudah pasti tidak tercapai targetnya yang mencapai 5,7 persen. Nanti kalau data pertumbuhan ekonomi seperti yang diprediksi pemerintah 4,73 persen sudah dirilis, ya berarti memang target yang ditetapkan terlalu tinggi. Tahun depan pemerintah menargetkan 5,3 persen, kalau dilihat memang over optimistic,” ujarnya kepad Jawa Pos, Minggu (3/1).

 

Kondisi ekonomi global memang sedang mengalami perlambatan, hal itu, mau tidak mau juga membawa pengaruh pada perlambatan ekonomi yang terjadi di dalam negeri. Ketidakpastian soal suku bunga The Fed memang telah berangsur mereda, namun, pelemahan ekonomi Tiongkok masih menjadi momok bagi ekonomi Indonesia.

 

Seperti diketahui, Tiongkok merupakan negara mitra dagang yang sangat vital bagi Indonesia. Praktis, pelemahan ekonomi yang terjadi di Negeri Tirai Bambu tersebut pasti membawa sentimen negatif bagi ekonomi Indonesia. ”Tiongkok sebagai salah satu motor ekonomi Indonesia melambat, itu salah satu indikator bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan kencang,” imbuhnya.

 

Jika ditinjau dari indikator lainnya seperti penerimaan pajak maupun kinerja ekspor impor Indonesia, target-target yang ditetapkan pemerintah dianggap akan susah terealisasi. Hingga akhir tahun 2015, pemerintah mencatat penerimaan pajak mencapai 83 persen dari total target yang ditetapkan.

Tags :
Kategori :

Terkait