Virus Zika Serang Warga Jambi

Kamis 28-01-2016,00:00 WIB

JAKARTA – Virus Zika sedang menggerkan publik. Sebab muncul dugaan virus ini penyebab banyaknya kasus mikrosefali, cacat pertumbuhan otak, di Brasil. Masyarakat Indonesia tetap perlu waspada, tapi jangan panik. Sebab virus Zika tahun lalu ditemukan menginfeksi warga Jambi.

                Penemuan virus Zika di Jambi itu diterangkan oleh Direktur Lembaga Eijkman Prof Amin Subandrio. Tahun lalu lembaga riset di bawah Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) ini mengumumkan berhasil mengisolasi virus Zika.

                Guru besar Fakultas Kesehatan (FK) Universitas Indonesia itu menceritakan keberhasilan Eijkman mengisolasi virus Zika diawali karena berhasil menemukan keberadaan virus itu. ’’Ceritanya sedikit panjang,’’ jelasnya saat dihubungi kemarin.

                Amin menuturkan pada periode Desember 2014 sampai April 2015 terjadi kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah dengue (DBD) di Jambi. Banyak orang terserang penyakit DBD di Jambi saat itu. Kemudian Eijkman mendapatkan kiriman 200-an sampel dari Jambi untuk diperiksa lebih dalam.

                Dari hasil pemeriksaan itu, ada 103 sampel yang dinyata negatif DBD maupun chikungunya. Setelah dilakukan penelitian lebih dalam, ternyata ditemukan satu sampel yang positif terinfeksi virus Zika. ’’Penderitanya berusia sekitar 27 tahun, berjenis kelamin laki-laki,’’ kata mantan deputi di Kemenristek (sebelum berganti jadi Kemenristekdikti) itu.

                Dari penelusuran lebih jauh, Amin mengatakan si penderita yang terinfeksi virus Zika itu hanya mengalami demam ringan. Tidak sehebat demam yang dialami penderita DBD atau Chikungunya. Setelah kasus di Jambi itu, Amin menegaskan belum pernah menerima laporan munculnya virus Zika di Indonesia. Dia mengatakan Eijkman sampai sekarang terus meneliti virus dari pasien yang diduga terkena DBD maupun Chikungunya.

                Saat ditemukan, virus Zika dalam keadaan hidup. ’’Kita coba infeksikan ke sel lagi, dia aktif. Virus Zika-nya bisa menginfeksi lagi,’’ ungkas Amin. Dia mengatakan hari ini ada pertemuan antara Eijkman dengan Kementerian Kesehatan yang khusus membahas surveillance dan deteksi dini keberadaan virus Zika.

                Terkait dengan virus Zika yang mengakibatkan kasus Mikrosefali, Amin mengatakan belum bisa berkomentar lebih jauh. Sebab virus Zika di Indonesia ditemukan di tubuh orang laki-laki.

Wakil Ketua Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB Papdi) Ari Fahrial Syam mengatakan banyak sekali sumber literatur yang merekam sejarah keberadaan virus Zika di Indonesia. Dia menjelaskan pada 1981 seorang peneliti Australia telah melaporkan ada pasien terinfeksi virus Zika setelah berpergian di Indonesia.

                Laporan kasus infeksi virus Zika di Indonesia muncul lagi pada 2013. Ari mengatakan ada warga negara Australia positif terinfeksi virus Zika setelah berkunjung di Jakarta selama 9 hari. ’’Yang terbaru rilis dari Eijkman, bahwa mereka berhasil mengisolasi virus Zika pada 2015,’’ terangnya.

                Dosen FK Universitas Indonesia itu mengatakan gejala virus Zika sama dengan infeksi virus pada umumnya. Yakni pasien mengalami gejala demam mendadak, lemas, kemerahan pada kulit badan, punggung, dan kaki. Kemudian disertai nyeri otot dan sendi.

                Beda gejala virus Zika dengan DBD adalah, orang yang terinfeksi virus Zika matanya memerah karena mengalami radang konjungtiva. Perbedaan lain dengan DBD adalah, infeksi virus Zika tidak menunjukkan penurunan kadar trombosit.

                Sekjen Kementerian Kesehatan Untung Seseno Sutarjo membenarkan mereka akan mengkaji bersama dengan Eijkman tentang temuan virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti itu. Dia mengaku bahwa gejala yang ditimbulkan virus Zika ini sangat umum sekali. ’’Cuma anget-anget saja seperti flu,’’ jelas dia.

                Untung menegaskan sampai saat ini World Health Organization (WHO) sama sekali belum mengeluarkan notifikasi resmi bahwa virus Zika secara ilmiah menyebabkan Mikrosefali. Dia mengatakan tanpa bukti ilmiah yang kuat, masyarakat dan otoritas di Brasil diduga terburu-buru mengambil kesimpulan tentang virus Zika dan dampaknya.

                ’’Ketika ada kasus penyakit virus Zika tinggi dan ada kasus mikrosepali, kemudian dinyatakan ada kaitannya,’’ ujar Untung. Dia sendiri sudah mengklarifikasi koleganya di WHO, juga belum ada jawaban yang resmi terkait virus Zika dan penyakit Mikrosefali.

Tags :
Kategori :

Terkait