”Berjilbab tidak menghalangi kita dalam menjemput rezeki,” kata Astri yang film terbarunya, Surga Menanti, dirilis 2 Juni lalu. Ada syarat dan batasan yang dipegang teguh oleh Astri. Yaitu, cerita harus bermanfaat dan memberikan pencerahan bagi pemirsa serta tidak melanggar syariat.
Hikmah yang dirasakan setelah berhijrah, Astri mampu menjaga lisan, menjaga hati dan perasaan orang lain, serta menjadi orang yang bermanfaat. Cerdas bukan hanya intelektual, tetapi juga spiritual. ”Kita di dunia hanya musafir. Tugas kita mengumpulkan bekal untuk hidup kelak di akhirat,” tutur Astri.
Seiring dengan berjalannya waktu, Astri kerap mendapatkan tawaran untuk mengisi seminar dan memberikan tausiah. ”Manusia punya kewajiban untuk berdakwah. Mengajak orang melakukan kebaikan, kita akan dapat kebaikannya juga,” imbuh dia.
Astri pernah mengisi pengajian dari Aceh sampai Ternate. Belum lama ini dia baru pulang dari Hongkong, berdakwah di kalangan buruh migran dengan membawakan materi persiapan Ramadan. Sebelumnya, pada momen Hari Kartini, Astri mengisi tausiah di Rutan Pondok Bambu. Astri kerap menerima curhatan para napi. ”Mereka ragu apakah Allah masih menerima tobatnya, apakah masyarakat juga bisa menerima, terus nanti kerja apa setelah bebas,” paparnya.
Astri pun menyemangati mereka. ”Kalau sulit dapat pekerjaan, ya ciptakan pekerjaan sendiri sesuai potensi. Membuat kue, menjahit, atau menciptakan karya lainnya. Allah melihat usaha kita,” lanjut dia sembari malam itu bersiap berangkat ke Tasikmalaya untuk mengisi kajian pada Sabtu pagi (18/6).
Sebagai ibu tiga anak, Astri concern pada ilmu parenting. Dia kerap membawakan materi Islamic parenting ketika mengisi kajian dengan audiens para ortu. Misi pendidikan anak-anak dibangun atas tiga pilar. Yang pertama adalah tauhid, mengenalkan anak dengan Sang Pencipta (hablum minallah).
Kedua, akhlak yang baik sehingga hubungan dengan sesama manusia juga baik (hablum minannas). ”Ketiga, punya kompetensi untuk menjadi khalifah. Allah sudah memberikan perangkat potensi kepada anak. Tugas kita sebagai ortu memunculkan potensi tersebut,” papar penulis tiga buku: Cantik Sepanjang Usia, Bukti Cintaku Pada-Mu, dan Sepasang Sayap Menuju Surga itu.
Astri mengatakan, yang paling membuatnya bersyukur adalah saat-saat ketika kajian yang diberikannya sampai ke hati audiens dan mereka mau mengamalkannya. Ketika menyampaikan kajian kepada orang lain, sejatinya dia juga belajar. Astri pun terus menambah ilmu diri. Dia mengikuti beberapa kajian rutin, antara lain fikih dan tadabur dua kali dalam sepekan dengan Ustad Bachtiar Nasir. ”Harus terus diisi. Agar banyak yang bisa dibagikan,” ucapnya.