JAKARTA-Tidak pernah terlintas di pikiran Nur Baitih, koordinator Perkumpulan Hononer K2 Indonesia (PHK2I) DKI Jakarta, kalau dirinya dalam sehari harus meladeni wawancara lebih dari enam media online, di luar TV.
Topik yang diangkat sama. Masalah tes perpanjangan kontrak honorer K2 dan non-K2 Kelurahan Jelambar, Jakarta Barat, yang dilakukan dengan masuk selokan kotor.
Sejatinya kasus ini sudah bergulir sejak 10 Desember 2019. Sebagai koordinator, Nur mendapat laporan dari anggotanya di Kelurahan Jelambar, Jakarta Barat menjalani tes lapangan di selokan.
Yang membuat Nur gemas, para petugas seolah menikmati pemandangan saat puluhan honorer K2 dan non-K2 masuk dalam selokan yang airnya setinggi dada mereka. Mereka berjejer dan disuruh bergantian saling mijit pundak. Walaupun rekan-rekannya itu tertawa, tetapi Nur sakit hati.
Dia tidak terima teman-temannya diperlakukan secara tidak manusiawi. Dia pun melaporkan masalah tersebut ke DPRD tetapi belum direspons.
\"Akhirnya saya infokan ke media (JPNN.com), dengan harapan bisa diteruskan kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Alhamdulillah hari itu juga (10/12) langsung direspons. Bahkan gubernur langsung menurunkan tim inspektorat untuk memeriksa Lurah Jelambar dan para petugas yang terlibat,\" terang Nur memulai percakapan dengan JPNN, Senin (16/12) .
Bahkan di hari kedua (11/12), Gubernur Anies juga langsung bertindak ketika mengetahui masih ada tes tertulis bagi perpanjangan kontrak. Malah Anies langsung menonjobkan para pejabat yang terlibat sembari menunggu BAP untuk pemberian sanksi.
Bagi Nur, masalah tersebut sudah selesai. Apalagi pada 13 Desember, BKD Pemprov DKI akhirnya memutuskan bagi honorer K2 dan non-K2 yang sudah mengabdi tidak lagi menjalani tes tertulis, tes lapangan, dan seabrek lainnya yang selama ini mereka alami.
Namun, tiba-tiba Sabtu (14/12), Nur Baitih dihubungi lebih dari enam media besar, menanyakan kasus honorer K2 masuk selokan. Nur pun hanya menjelaskan kasus yang menurut dia sudah diselesaikan gubernur.
Belum habis rasa herannya, tiba-tiba Nur yang tengah menikmati liburan bersama kedua anaknya di Puncak Bogor dihubungi tiga TV.
Yang pertama adalah Kompas TV, kemudian Metro TV, dan Berita Satu TV. Semuanya minta wawancara Minggu (15/12) untuk kasus yang sama.
\"Saya sampai bingung bagi waktunya. Dalam sehari diundang tiga TV. Saya terpaksa pulang lebih awal karena harus memenuhi jadwal wawancara,\" tuturnya.