Hank, yang memang tidak banyak omong dan tidak pintar ngomong, hanya bisa membela diri dengan menyatakan bahwa yang menyerang itu lebah. Bukan dia. Earl yang sempat terekam berwajah bengap, sebenarnya sudah mengakui kalau dia bengap karena disengat lebah. Tapi dia tetap menuntut Hank minta maaf. Tentu Hank tidak mau.
Hank pun disidang. Khawatir tekanan publik yang kuat, dan dengan dewan juri persidangan yang didominasi kulit hitam, Hank pun masuk penjara enam bulan. Dipecat dari barisan polisi...
Enam bulan kemudian, Hank bebas. Dia hanya bisa mendapat pekerjaan sebagai petugas keamanan (satpam). Alangkah ironisnya, Earl juga bekerja sebagai satpam di situ!
Walau jadi satpam, Hank tetap ingin menuntaskan kasus kematian partner polisinya dulu. Kejadian demi kejadian berlalu, dia mau tak mau harus berpasangan dengan Earl menuntaskan kasus itu. Dan ternyata, kemampuan keduanya saling melengkapi.
Kegigihan Hank klop dengan kecerdikan (dan mulut manis) Earl.
Earl pun bertemu dengan mantan kekasih Hank. Yang mendepak Hank begitu dia dimasukkan penjara.
Tahukah Anda, ternyata kekasih Hank itu perempuan kulit hitam!
Benar-benar tidak adil nasibnya. Sudah disebut rasis dan menyakiti kulit hitam, padahal dia sebenarnya sama sekali tidak rasis. Bahkan punya pacar kulit hitam! Masalahnya, Hank tidak pintar bicara. Tidak pintar membela diri. Plus terjepit situasi yang unik.
Apa yang terjadi kemudian? Saya tidak mau menulis lebih lanjut. Bukan karena ingin membuat tulisan bersambung, tapi karena cerita di atas sudah ada film lengkapnya.
He he he. Cerita di atas adalah penggalan besar dari film komedi berjudul National Security(Keamanan Nasional), yang keluar di bioskop pada 2003 lalu. Film lumayan besar, menampilkan bintang kulit hitam yang sedang naik daun saat itu. Seorang bintang kocak bernama Martin Lawrence. Dia memerankan Earl.
Sedangkan Hank diperankan oleh Steve Zahn, yang juga banyak muncul di film-film kondang Hollywood.
Saya jadi ingat film itu gara-gara kehebohan George Floyd, tragedi yang menimpanya, serta dampak sosial yang dihasilkan. Untung ini era streaming. Dan film itu dengan mudah saya temukan di Netflix. Langsung saja saya tonton ulang. Maklum, sudah belasan tahun tidak menontonnya.
Di satu sisi, film itu sangat relevan. Isu kebrutalan polisi terhadap kulit hitam ini bukan sesuatu yang baru. Sudah puluhan tahun. Tapi pada 2003 itu, isu ini masih bisa dijadikan bahan film komedi. Apalagi komedi yang menunjukkan kalau kadang yang kulit hitam juga berulah berlebihan.
Dan jangan salah. Ini film kulit hitam. Martin Lawrence adalah bintang utamanya. Dan film-film Martin Lawrence selalu \"kulit hitam\" banget.
Apa yang terjadi pada Floyd tentu tidak bisa dijadikan bahan komedi. Saya yakin akan terjadi reformasi besar terhadap bagaimana polisi boleh bertindak, dan bagaimana polisi akan ditindak ketika berbuat kesalahan serius. Efeknya bukan hanya di Amerika, bisa-bisa merembet ke negara-negara lain di dunia.
Tapi, film National Security ini bisa dijadikan bahan renungan. Dan bukan untuk tertawa. Bahwa yang namanya manusia itu pasti ada titik bawahnya. Yang membuat dia bisa berbuat sesuatu yang tidak pernah terbayangkan.