JAKARTA— Beda sikap dengan Jend (Purn) Moeldoko, Jend (Purn) Gatot Nurmantyo menolak terlibat kudeta AHY dari Ketum Demokrat karena ingat kebaikan SBY saat jadi Presiden. Seperti diketahui, Jenderal Moeldoko dan Jenderal Gatot Nurmantyo diangkat menjadi Panglima TNI di masa Presiden SBY pada kurun 2004-2009 dan 2009-2014.
Pengakuan ini disampaikan Gatot Nurmantyo kepada Chanel Bang Arief atau FNN dan ditayangkan sendiri oleh Gatot Nurmantyo di akun Instagramnya @nurmantyo_gatot.
“Saya tidak mau komentar. Karena ini kan belum terjadi semua,” ungkap Gatot Nurmantyo saat diminta pendapatnya tentang kisruh Partai Demokrat yang dicongkel mantan Panglima TNI Moeldoko.
Namun pada akhirnya Gatot Nurmantyo mau secara gamblang bercerita terkait pengambilalihan atau kudeta terhadap Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dari kursi Ketua Umum Partai Demokrat.
Menurut Gatot Nurmantyo, sebelum KLB di Sumut digelar, Gatot Nurmantyo mengaku sempat diajak turut serta melakukan kudeta.
Dalam ajakannya, Gatot Nurmantyo diiming-imingi bakal mendapat posisi penting di tubuh Partai Demokrat.
“Banyak yang bertanya kepada saya, ‘Pak, Bapak juga digadang-gadang menjadi…’. Ya saya bilang ‘Siapa sih yang enggak mau,” kata Gatot Nurmantyo dalam wawancara itu.
“Partai dengan 8 persen kalau enggak salah kan besar, dia mengangkat presiden, segala macam, kaya gitu. Ada juga yang datang sama saya,” jelasnya.
Gatot mengatakan, tawaran tersebut memang menarik. Ia lantas menanyakan bagaimana proses kudeta di Partai Demokrat kepada orang yang mengajaknya itu.
Menurut orang tersebut kepada Gatot, caranya dengan melakukan KLB.
Dalam KLB itu, posisi AHY akan diganti karena ada mosi tidak percaya.
Setelah AHY lengser, baru dilakukan pemilihan untuk posisi ketua umum yang baru.
“Ada datang ke saya, ‘menarik juga’ saya bilang. Gimana prosesnya? Begini Pak, nanti kita bikin KLB. KLB terus gimana? Ya nanti visi yang dilakukan adalah kita mengganti AHY dulu. Mosi tidak percaya, AHY turun,” ujar Gatot.
“Setelah turun, baru pemilihan. ‘Bapak nanti pasti deh begini, begini’. Oh begitu ya, saya bilang begitu,” katanya.
“Saya bilang. Menurunkan AHY. Saya ini bisa naik bintang satu, bintang dua, taruh itu hal biasa. Tapi kalau saya naik bintang tiga, itu presiden pasti tahu. Kemudian jabatan Pangkostrad, pasti presiden tahu. Apalagi presidennya tentara waktu itu Pak SBY,” ujar Gatot.