JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menolak membuka nama-nama vendor bansos untuk warga terdampak pandemi COVID-19 yang dikelola Kementerian Sosial. Nama-nama itu termasuk para elite politik yang terlibat di belakang vendor tersebut. Padahal, pakar komunikasi politik Effendi Gazali sebelumnya telah mengajukan hal itu ke KPK berdasar Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik. Namun, menurut Effendi, KPK bergeming dengan alasan akan membukanya di pengadilan.
\"Kenapa nggak dibuka saja semua? Siapa yang dapat? Berapa jatahnya, pada tahap reguler 1 hingga 12 sehingga ketahuan,\" kata Effendi Gazali di kanal YouTube Karni Ilyas Club, Kamis (1/4). Menurut Effendi, KPK bisa membuka hal itu berdasarkan UU Keterbukaan Informasi Publik. Hal ini agar publik tidak mendapatkan infomasi yang menyesatkan.
Karena, dilihat dari berita yang beredar, jumlah bansos yang disalurkan sebanyak 22,8 juta. Vendornya berjumlah 107 perusahaan. Jika dihitung, kata Effendi, seharusnya masing-masing vendor dapat jatah kuota 213.084 bansos.
Anehnya vendor dari UMKM mengaku hanya mendapatkan kuota sebesar 10 - 20 ribu bansos. \"Lantas pertanyaan publik, vendor lainnya jatahnya berapa? Siapa saja mereka?,\" ucapnya. Dia yakin, kalau dibuka akan ketahuan UMKM mendapatkan berapa kuota. \"Kemudian yang itu...itu...saya nggak berani ngomong namanya. Itu dapat berapa mereka?,\" katanya.
Mantan dosen komunikasi UI ini mengaku tidak berani menyinggung soal nama vendor yang melibatkan para elite politik di situ karena sudah ada yang memberikan peringatan kepadanya soal itu. \"Sudah ada yang WA memperingatkan, katanya jangan sok segala macem,\" tuturnya. Effendi pun hanya memberikan julukan para elite politik yang terlibat di bansos Kemensos itu sebagai pihak \"langit-langit\". Dirinya mempertanyakan keberanian KPK memanggil mereka dan bukan hanya orang-orang kecil yang tidak punya pengaruh atau jabatan.
\"Saya percaya teman-teman KPK. Tapi saya takutnya KPK tidak berdaya memanggil \"langit-langit\". Sehingga yang dipanggil hanya Cita Citata dan Effendi Gazali,\" tegasnya. (esy/jpnn)
Sumber: www.jpnn.com