Pembebasan lahan proyek pembangunan Bendungan Pammukkulu menjadi berkah bagi warga sekitar. Parawansyah, salah satu warga yang sudah menikmati hasilnya.
Dia sudah membeli satu unit mobil Toyota Fortuner. Selain itu, juga membeli satu unit sepeda motor dan sawah seluas 20 are. “Alhamdulillah, cash,” katanya kepada FAJAR, Senin, 17 Mei.
Pembayaran ganti rugi yang diterima, diakuinya belum penuh. Baru setengahnya saja. Dia menerimanya sebelum Lebaran. “Rata-rata yang sudah terima uang memang beli mobil. Ada beli Innova baru dan lainnya,” ungkapnya.Parawansyah enggan membeberkan jumlah nominal yang diterima. Akan tetapi, ia mengaku warga menerima ganti rugi mulai dari
Tahap Kedua
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pengadaan Tanah Bendungan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang, Muhammad Ikhsan Hatta mengatakan, baru-baru ini membayarkan hasil pembebasan lahan untuk tahap II Bendungan Pammukkulu.
Pembayaran dilakukan pada 29 April lalu dengan total 447 bidang yang luasnya 186,83 hektare. Anggaran yang dihabiskan untuk pembebasan lahan dari Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) mencapai Rp103 miliar lebih.”Ada yang dapat Rp1 miliar, bahkan sampai Rp5 miliar. Memang baru-baru ini banyak yang kami bayarkan. Mereka langsung beli kendaraan baru. Semuanya dari wilayah Kecamatan Polongbangkeng Utara,” bebernya kepada FAJAR, kemarin.
Perhitungan pembebasan lahan, urainya, tak hanya pada luasan tanah saja. Nilai keekonomian yang ada di atas lahan juga diperhitungkan.
Di lokasi tersebut, pihaknya telah membagi lahan berdasarkan tiga kelompok. Yakni, lahan kebun, sawah, dan pekarangan. Khusus untuk lahan kebun, nilai terendahnya Rp18 ribu per meter. Termahal yakni pekarangan dengan nilai tertinggi Rp120 ribu per meter.
Itu baru nilai lahan saja. Belum dihitung nilai tanaman di atasnya. “Bisa lebih mahal dari tanahnya. Makanya, ada lahan kebun yang pembebasannya besar. Apalagi kalau yang ditanam itu jati atau pohon lain yang nilai ekonominya tinggi,” jelasnya.
Dia mengakui, ada lahan kebun yang luasnya tak sampai satu hektare. Akan tetapi, nilai pembebasannya lahannya Rp1,8 miliar. Nilai ekonomi tanamannya lebih tinggi. Apalagi jika lahannya sudah luas. Belum lagi, ada satu warga yang punya ber hektare-hektare dan lebih satu bidang.
Ikhsan mengaku, warga saat ini berbondong-bondong meminta pemerintah segera membebaskan lahan. Apalagi, mereka tak lagi menganggapnya sebagai ganti rugi. Melainkan ganti untung.
Sebab, jika lahan di lokasi tersebut dijual ke orang lain, harganya tak mungkin sampai Rp1 miliar. Itupun jika ada yang mau membelinya. Apalagi, lokasinya di perkampungan dan di tepi sungai.
Menurutnya, tak ada warga yang menolak pembebasan lahan, karena proyek bendungan membutuhkan lahan besar. Tak setengah-setengah seperti proyek irigasi atau jalur rel kereta api.
“Pembebasan lahanya dalam jumlah besar. Beda dengan pembebasan jalur kereta api, hanya yang dilalui rel saja dibebaskan. Ganti ruginya juga kecil. Kalau bendungan, kebutuhan lahannya memang banyak,” bebernya.Dia mengatakan, proses pembebasan lahan untuk pembangunan Bendungan Pamukkulu tetap berlanjut. Untuk pembebasan tahap I, luasanya 100 hektare dengan total 223 bidang. Pembebasan tahap II luasannya 240,76, dengan total 500 bidang. Kemudian tahap III luasnya 130,2 hektare dengan total 488 bidang.
Saat ini, total lahan yang sudah dibebaskan untuk tahap I dan tahap II sebanyak 268,36 hektare atau 628 bidang. Nilainya Rp132 miliar. Pihaknya sudah memulai pembebasan lahan sejak 2019 lalu.Untuk tahap III, pihaknya baru menyiapkan pengukuran. Termasuk untuk lahan 47 hektare yang masuk dalam wilayah Gowa. (*)
Sumber: www.fajar.co.id