Di rumah sakit itu sesak napasnya bertambah. Hasil pemeriksaan mengindikasikan ginjalnya bermasalah: problem logis dari penyakit gula.
Maka Margiono harus masuk ICU. Prosedur standar masuk ICU harus dipenuhi: pemeriksaan lebih teliti. Ternyata positif Covid-19.
Tapi penyebab utama sesak napasnya adalah: banyak racun yang tercampur ke dalam darah. Ikut beredar pula ke seluruh tubuh. Darah tidak bisa menyerap oksigen. Napas pun sesak.
Berarti fungsi ginjalnya terganggu. Harus cuci darah. Di ICU itu.
Tiga hari lalu cuci darah dilakukan. Kondisi Margiono membaik. Besoknya dicuci lagi untuk kali kedua: lebih baik. Kemarin, menurut jadwal, cuci darah untuk kali ketiga.
Parameter hasil pemeriksaannya mulai normal. Tekanan darahnya baik. Detak jantung baik. Oksigen 99 –dengan ventilator.
Margiono masih ditidurkan. Sudah tiga hari ia tidur.
Seluruh keluarga dan orang dekatnya memeriksakan diri: semua negatif Covid. Mereka juga heran: di mana Margiono tertular. Dan mengapa tidak menulari mereka.
Yang jelas angka penularan se Indonesia kian tinggi. Setelah kini 7.000 sehari, tentu naiknya bisa jauh lebih besar lagi –secara matematis.
Ini gelombang ketiga bagi Indonesia. Atau gelombang keempat bagi dunia.
Di gelombang ketiga dunia, dulu, kita ditenangkan oleh grafik: tidak setinggi gelombang dua. Baik kasus barunya maupun tingkat kematiannya.
Lalu muncul teori: gelombang-gelombang berikutnya pasti kian menurun. Lalu menurun lagi. Terus begitu. Sampai akhirnya dianggap biasa: seperti flu.
Ternyata gelombang keempat dunia justru lebih tinggi. Jauh sekali. Pun dibanding gelombang yang mana saja. Lihatlah grafik dari Worldometer itu. Dulu, melihat grafik gelombang kedua, rasanya ngeri: kok tinggi sekali. Kini setelah ada grafik gelombang keempat, grafik gelombang dua itu hanya seperti gunung di Iowa dibanding gunung Galunggung di Jawa Barat.
Memang masih ada yang membuat tenang: grafik angka kematian gelombang keempat dunia itu lebih rendah dari tiga gelombang sebelumnya.
Inggris, Amerika, Prancis adalah juara-juara kasus baru gelombang empat dunia. Justru Afrika Selatan –tempat munculnya varian Omicron– sudah menurun drastis sampai ke tingkat 2.000.